Mengingat Ludruk Malangan di Masa Kejayaan

Ilustrasi Pertunjukkan Ludruk (gambar diambil dari web Timesmalang.com)
DIORAMALANG.COM, 30 SEPTEMBER 2020 – Berkembangnya zaman saat ini dapat menggiring kita untuk melupakan apa yang ada di masa silam. Begitu juga dengan kesenian dan kebudayaan yang mungkin hingga saat ini juga perlahan mulai tergerus oleh zaman. Terutama pada kalangan pemuda dan pemudi saat ini.
Sungguh sangat disayangkan sekali jika kesenian dan kebudayaan yang sudah diwariskan oleh nenek moyang harus terlupakan begitu saja. Terlebih mereka yang saat ini tidak pernah mengenal sama sekali tentang kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu kami akan sedikit memperkenalkan sekaligus mengingatkan kembali tentang kesenian yang mulai luntur di Kabupaten Malang.
Contoh nyata pudarnya kebudayaan Malang di era saat ini adalah ludruk Malang. Menurut Supriyanto, (2001:1) dalam penelitianyang dilakukan olehAkhmad Taufiq dan Sukatman menjelaskan bahwa, sebagai produk budaya lokal Jawa Timur, ludruk merupakan suatu fenomena seni tradisi yang unik dan khas.
Kehadirannya tidak sekedar menunjukkan seni pertunjukkan yang berbasis tradisi semata, tetapi lebih jauh dari itu, ludruk mampu merefleksikan kehidupan sosio-kultural masyarakat yang melingkupinya. Oleh karena itu, pertunjukkan Ludruk Jawa Timur pada umumnya tidak lepas dari konteks sosio-kultural masyarakat pendukungnya.
Penyajian tema dan lakon (pemain)pada ludruk dapat dikatakan selalu spontan tanpa ada naskah. Para lakon dapat mengekspresikan apapun kondisinya ketika di atas panggung. Bahkan sesekali juga mengajak penonton untuk ikut serta naik ke atas panggung bersama para lakon. Pembawaan natural yang hampir sama dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, membuat pertunjukkan seni rakyat ludruk kehadirannya selalu dinanti-nanti oleh masyarakat pada masa itu.

Penonton yang Menyaksikan Pertunjukkan Seni Ludruk (Gambar diambil dari web Tawangargo.sideka.id)
Ludruk menjadi sebuah produk budaya lokal Jawa Timur yang harus kita jaga. Setiap Daerah di Jawa Timur memiliki ciri khas tersendiri pada pertunjukkan kesenian ludruk ini. Di Malang pertunjukkan kesenian ludruk selalu dikhaskan dengan lakon yang menggunakan bahasa asli Malangan, seperti adanya bahasa walikan dan intonasi khas masyarakat Malang. Tema yang disajikan pada ludruk Malang juga selalu memiliki kedekatan kultural dengan masyarakat Malang.
Nah ada satu hal yang perlu kalian ketahui Ker, bahwa sebenarnya nama ludruk ini adalah singkatan. “Ludruk iku onok kepanjangan loh: Lembaga Utama Dari Rakyat Untuk Kebaktian Nasional” terang spontan dari Mbah Wi anggota Lekra (Lembaga Kesenian Rakyat) yang dikutip dari Kumparan.com. Nama kepanjangan ludruk ini memiliki kesamaan persis dengan pertunjukkan seni rakyat ludruk yang sering ditampilkan, yaitu adanya kritik-kritik sosial dari lakon.
Selain bertujuan untuk menghibur masyarakat, ludruk juga hadir untuk menyuarakan kondisi sosial masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat terbukti dari kidung-kidung atau parikan pada seni pertunjukkan rakyat ludruk. Hampir keseluruhan pada seni pertunjukkan rakyat ludruk selalu diiringi dengan kidung jula-juli, oleh karena itu seni pertunjukkan rakyat ludruk ini mudah diingat oleh masyarakat Jawa Timur.
Disisi lain, dalam ludruk juga terdapat nyanyian seperti penjelasan Setyangga Achmad Ferdianto dalam penelitianyang dilakukannya, menerangkan bahwa ludruk memiliki ciri nyanyian yang khas dengan iringan lagu jula-juli yang disebut kidungan ludruk. Kidungan yang dimaksud adalah bait-bait parikan yang dilagukan. Salah satu contoh dalam lakon ludruk yaitu kidungan ngrema, contoh kidungnya adalah sebagai berikut:
Kula athuri pinaraka ingkang sekeca
Mangga amirsani kempalan kula
Seni tradisional Jawa Timur asli
Minangka kesenian ingkang sejati
Adat ketimuram ayo padha dijaga
Minangka tinggalan nenek moyang kita
Menawi kula lepat nyuwun gunging pangaksamaUga nyuwun lan pangapura Contoh di atas adalah kidungan ngerema, kidung ini berfungsi sebagai ucapan selamat datang dan terima kasih, penyambutan tamu serta mengenalkan identitas organisasi ludruk terkait.

Para lakon ketika berada di atas panggung pertunjukkan ludruk (Gambar diambil dari web Njombangan.com)
Setelah mengenal apa itu ludruk, kali ini kita akan mengingat kembali bagaiamana sejarah ludruk Malang yang juga sedikit demi sedikit tergeser oleh perkembangan zaman. Menilik informasi dari Ngalam.co,sejarah ludruk di Malang terlahir dari perlawanan di masa perjuangan, oleh karena itu tokoh lakon, cerita dan perlengkapan yang dimainkan selalu mengacu pada kehidupan sehari-hari era perjuangan.
Sekitar tahun 1930 di Malang berdiri ludruk Ojo Dumeh yang didirikan oleh Abdul Madjid. Pada tahun-tahun selanjutnya bermunculan berbagai kelompok ludruk, antara lain Ludruk Djoko Muljo pimpinan Nadjiran di Embong Brantas (1936), Margo Utomo pimpinan Asnan atau Parto Gembos kisaran tahun 1936-1940, Sido Dadi Slamet pimpinan Temas pada tahun 1940-an, kemudian ludruk gerakan gerilya misalnya Ludruk SAGRI (Sandiwara Angkatan Gerilya Republik Indonesia) pada tahun 1947-1948 pimpinan Said Djajadi. Sedangkan kelompok yang berorientasi hiburan antara lain Ludurk Aliran Baru tahun 1949.
Hingga pada tahun 1950-an ludruk akhirnya menjadi hiburan utama di Malang. Pada masa tersebut akhirnya banyak berdiri kelompok-kelompok baru yang sering disebut dengan Ludruk Bladjaran. Perkumpulan Ludruk Bond Malang Selatan pimpinan Kaprawi yang berdiri pada tahun 1952, salah satu anggotanya adalah Ludruk Bintang Malang Selatan.
Tahun 1950-1960 berdiri beberapa kelompok ludruk yang berada di bawah organisasi massa dan organisasi sosial politik antara lain Ludruk Juli Warna pimpinan Markasan, Ludruk Taruna pimpinan dr. Safril dan Gatot, Ludruk Bintang Massa (LKN) pimpinan Samsuri, Ludruk Melati (Lekra) pimpinan Darmo tahun 1960.
Setelah tahun 1956 akhirnya beberapa ludruk yang ada di Malang digabungkan, di antaranya Ludruk Putra Bhakti menjadi Ludruk Anoraga yang dibina oleh Yonif 513 Brigif 2 Dam VIII Brawijaya.
Pada tahun 1970-an kelompok ludruk berada di bawah binaan ABRI. Ludruk Anoraga dilebur menjadi Ludruk Wijaya Kusuma Unit II Inmindam VIII Brawijaya, Ludruk Sinar Budaya dibina oleh Brimob Kompi A Yon 412, Ludruk Karya Sakti dibina oleh Kodim 0818 Malang, Ludruk Perkasa Alam dibina AURI Malang.
Dan pada tahun 1984, di Malang terdapat organisasi ludruk yaitu Paguyuban Organisasi Ludruk Malang (POLMA). Salah satu pengurusnya yaitu seorang seniman ludruk Malang, yang bernama Suyono. Pada tahun itu juga kesenian ludruk masih berkembang, hingga di Malang sendiri juga memiliki organisasi ludruk yang disebut dengan PALMA (Paguyuban Ludruk Arek Malang). Namun sangat disayangkan PALMA saat ini sudah tidak berkembang dan hanya tinggal nama saja yang tesisa.
Tetapi hingga saat ini di Kabupaten Malang masih ada paguyuban seni ludruk yang bertahan, antara lain yaitu Armada yang berada di Desa Rembun, Kecamatan Dampit. Nama ini masih cukup terkenal hingga saat ini.
Namanya yang cukup terkenal ini membuat Armada dijadikan sebagai ludruk percontohan di Kabupaten Malang. Paguyuban seni ludruk Armada pimpinan Eros Djarot Mustadjab tersebut banyak sekali mengalami pergeseran dan gempuran dari seni modern, namun mereka tetap bertahan dan bangkit kembali dari masa-masa sulit.
Setelah kita mengenal apa itu ludruk dan bagaimana sejarah ludruk Malangan, tentu saja jangan sampai ludruk Malangan hilang begitu saja ditelan oleh zaman ya Ker. Seperti yang kita ketahui sebelumnya, bagaimana perjuangan nenek moyang kita dalam menciptakan seni ludruk ini. Selalu jaga dan lestarikan budaya kita Ker! (Siw)
Penulis: Shofiyatul Izza W
Editor: Rofidah Noor