Pentingkah Komunikasi Antar Budaya?

Ilustrasi Berfikir Penting Tidaknya Komunikasi Antar Budaya (Gambar diambil dari web Freepik.com)
DIORAMALANG.COM, 4 SEPTEMBER 2020 – Komunikasi adalah kebudayaan dan kebudayaan adalah komunikasi, begitu kata Edward T. Hall dalam buku Antropologi Budaya yang ditulis oleh Sugeng Pujileksono yang saya baca beberapa waktu silam. Saya setuju dengan pendapat tersebut, karena kebudayaan itu hanya dimiliki oleh manusia maka komunikasi itu milik manusia dan dijalankan di antara manusia.
Banyak kode etik tampil sebagai ide yang berbeda-beda karena mereka berasal dari kebudayaan yang berbeda pula. Dengan memberikan prioritas perhatian pada perbedaan etika maka kita akan mengetahui apa yang patut dan tidak patut untuk dilakukan, dalam kebudayaan kita maupun terhadap kebudayaan orang lain.
Beberapa aturan mungkin mengandung ambiguitas, misalnya perkelahian tidak diperkenankan namun dalam konteks lain hal tersebut justru dibolehkan. Atau menatap orang lain yang lebih tua umumnya dibolehkan di suatu budaya, tapi dalam kebudayaan lain merupakan hal yang tidak sopan.
Jadi, isu etika dalam komunikasi antar budaya mengajarkan berbagai jawaban atas pertanyaan mengenai bagaimana kita menerapkan dan menumbuhkan isu-isu pengetahuan etika antar budaya. Semua manusia di dunia ini memiliki kebudayaan, salah satu unsur kebudayaan menurut saya adalah nilai.
Nilai merupakan suatu referensi atau rujukan yang dipegang sebagai pedoman tingkah laku dari setiap anggota masyarakat atau kelompok budaya tertentu. Mempelajari komunikasi antar budaya berarti kita mempelajari kebudayaan milik orang lain, yang artinya kita juga mempelajari satu atau lebih nilai dari kebudayaan.
Jika perilaku antar budaya merupakan wujud masyarakat maupun komunikasi maka peran terhadap nilai budaya orang lain juga sangat diperlukan. Kita berusaha untuk membentuk suatu masyarakat bersama yang beretika, yakni suatu masyarakat yang bisa hidup harmonis dan tanpa ketakutan.
Menurut Abidin Nurdin dalam Jurnal Studi Keislaman dikatakan, bahwa setiap budaya memiliki cara tersendiri dalam menyikapi permasalahan hidup yang dihadapi. Termasuk di dalamnya kearifan dalam menyelesaikan konflik. Dalam konflik antar suku bangsa, biasanya disebabkan karena perbedaan menempatkan relasi (hubungan) sehingga orang selalu berkomunikasi dengan kekerasan karena perbedaan kebudayaan.
Sebagai contoh ideologi Negara Amerika Serikat (AS) selalu mengutamakan komunikasi sebagai alternatif untuk mengatasi kekerasan, bahkan kini digunakan untuk mengintimidasi keunggulan bangsa dalam menyelesaikan sengketa melalui propaganda perang dan keyakinan rasisme. Berbagai pengalaman di dunia juga menunjukan bahwa telah terjadi dialektika antar budaya seseorang dengan sosial budaya.
Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang menginterpretasi (memahami) perilaku, peristiwa, dan situasi orang lain? Apakah kita mampu menginterpretasi (memahami) orang lain, peristiwa atau bahkan objek lain dengan cara yang sama?
Dalam berbagai sumber informasi yang saya dapat, perbedaan interpretasi (memahami) itu terletak pada konsep diri, harga diri, dan persepsi budaya. Satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah melalui komunikasi antar budaya, yaitu dengan cara mengadakan dialog dan memecahkan masalah bersama melalui sebuah diskusi.
Menurut saya, konflik dalam komunikasi antar budaya dapat diselesaikan melalui dialog yang baik. Memang terkadang akan muncul ketakutan terhadap terjadinya komunikasi lintas budaya jika kita melakukan semuanya dengan serba salah.
Hal yang di takutkan orang biasanya seperti, takut bila nanti orang lain tidak akan mengakui dia lagi, takut dia tidak akan diperhatikan lagi, dan lain sebagianya. Tapi perlu diingat bahwa tidak semua kebudayaan senang dengan komunikasi langsung, sehingga tidak jarang biasanya akan muncul pihak ketiga sebagai penyumbang konflik.
Salah satu alasan betapa pentingnya belajar komunikasi antar budaya adalah karena alasan demografis. Dunia kini dilintasi oleh manusia dari berbagai suku bangsa dan juga berbagai ras. Migrasi, transmigrasi dan imigrasi yang dahulu merupakan konsep yang tabu karena memerlukan regulasi yang ketat tapi kini orang sudah dengan bebas dapat melintasi dunia.
Menurut Dela Ayu Kaswadi dkk, dalam penelitiannya dikatakan bahwa munculnya kebudayaan-kebudayaan baru, secara perlahan akan menimbulkan ketidak serasian kehidupan sosial di Indonesia. Karena Indonesia merupakan salah satu negara yang menggunakan media sosial paling atraktif di dunia sehingga belajar tentang komunikasi antar budaya akan sangat membantu kita untuk mengenal konsep-konsep tentang penduduk asli dan kebudayaannya, serta sejarah hidup mereka.
Kita juga dapat mengetahui secara tepat bagaimana struktur penduduk berdasarkan etnik dan golongan atau ketenagakerjaan dan mungkin dapat mempelajari perilaku kelompok etnik dan ras dalam kegiatan kesehariannya.
Kebutuhan memahami perbedaan budaya kini merupakan suatu yang tampaknya harus ditanamkan kepada semua orang. Saat ini, banyak masyarakat hidup dalam multikulturdan makin banyak orang dengan berbagai organisasi yang melintasi batas-batas geografisdan budaya.
Menurut saya, saat ini kita hidup di dalam dunia yang tampaknya sudah semakin kecil karena adanya teknologi komunikasi, kini sudah sangat mudah untuk memindahkan informasi dari satu tempat ke tempat yang sangat jauh sekalipun.
Saat ini manusia dengan beraneka ragam budaya mendadak disodori pesan-pesan yang berasal dari budaya lain. Manusia saat ini seolah-olah ditantang untuk menjawab pertanyaan. Apakah kita ingin terus berada di tempat atau terus bergerak maju?
Berada di tempat berarti kuno dan bergerak maju artinya menjadi manusia modern. Kalau seseorang atau satu kebudayaan tidak mampu untuk memasuki desa global (kehidupan modern), maka akan ada sebagian orang yang tertinggal.
Lalu mereka akan mengelompokan diri dalam kantong-kantong kelompok etnik dan juga ras. Kehidupan di era modern seperti sekarang ini, dapat dikatakan sebagai sebuah bumerang atau dampak balikan. Yaitu dimana demi keselamatan individu atau kelompok budaya, ada sejumlah orang yang meninggalkan etnosentrisme dan rasisme.
Maka dari itu, kita perlu memahami perubahan-perubahan global dalam rangka mempertahankan nilai-nilai budaya lokal. Salah satu kunci untuk menghadapi era globalisasi, menurut saya adalah dengan memahami budaya terutama dalam komunikasi antar budaya. (Syz)
Penulis: Syaifudin Zuhri
Editor: Shofiyatul Izza W