Seberapa Efektif Belajar di Wisata Edukatif?

Salah Satu Wisata Edukatif yang Menyuguhkan Pembelajaran Tentang Sejarah (Gambar diambil dari web Jatimsmart.id)
DIORAMALANG.COM, 2 SEPTEMBER 2020 – Ketika mendengar tentang wisata edukatif, maka akan terlintas tentang berlibur sambil belajar. Adanya wisata edukatif semakin menambah keberagaman destinasi wisata sehingga wisatawan bisa memiliki banyak pilihan. Salah satu daerah yang memiliki banyak destinasi wisata adalah Malang dimana salah satunya adalah destinasi wisata edukatif.
Pengertian wisata edukatif adalah dimana hadirnya wisata yang menyuguhkan pengetahuan tentang suatu objek guna menambah wawasan. Terlepas dari bermanfaat atau tidaknya dalam aplikasi di kehidupan, wisata edukatif sangat lah memberi manfaat yang besar. Paling tidak bisa sebagai media pembelajaran yang menarik dan unik.
Namun sayang, peminat wisata edukatif tidak sebanyak wisata-wisata lain seperti contoh wisata alam yang bisa membuat ketimpangan dalam jumlah pengunjung. Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa faktor.
Beberapa faktor tersebut terdapat dalam Jurnal Pendidikan Sejarah yang ditulis oleh Moch. Nurfahrul Lukmanul Khakim dan kawan-kawannya, dimana adanya ketimpangan dari jumlah wisatawan yang berkunjung di daya tarik wisata dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti aksesibilitas, kondisi sarana prasarana wisata, serta promosi dan informasi yang belum terpublikasikan secara meluas (Sukmaratri, 2018:35).
Meskipun terdapat beberapa faktor diatas, namun yang juga menjadi tanda tanya adalah apakah efektif belajar di wisata edukatif? Tentu saja hal tersebut dipengaruhi oleh informasi yang dimuat serta proses dalam mempelajarinya.
Proses belajar di wisata edukatif tentu dengan mempelajari objek-objek yang ada di area wisata tersebut. Namun, perlunya peran aktif masyarakat yang berada di kawasan tersebut justru sangat membantu dan menjadi daya tarik sendiri agar wisatawan mampu menerima informasi yang lengkap.
Salah satu wisata edukatif di Malang adalah Kampung Heritage Kayoetangan, dimana yang menjadi objek pembelajaran adalah rumah-rumah masyarakat di daerah Kayutangan dengan berbagai arsitektur bangunan ala tempo dulu. Kemudian yang dimaksud peran aktif masyarakat setempat adalah para pemilik rumah-rumah di kawasan Kayoetangan tersebut turut memberikan informasi guna menambah wawasan wisatawan yang berkunjung.
Namun untuk membuat penyampaian informasi lebih efisien, pemilik rumah memberikan informasi singkat yang bisa dibaca pengunjung sembari mengambil gambar di depan rumah mereka.
Maka, efektif atau tidaknya wisata edukatif dalam memberikan wawasan juga bergantung pada minat para pengunjung. Jika para pengunjung hanya datang untuk berswafoto, maka informasi guna menambah wawasan tidak akan sampai sehingga para pengunjung tersebut akan melewatkan pembelajaran sejarah di wisata tersebut.
Jadi tidak hanya peran aktif masyarakat saja yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran dalam wisata edukatif namun juga perlu minat belajar yang tinggi sambil berwisata dari para pengunjung.
Meskipun demikian, mengingat pembelajaran tersebut bersifat tidak memaksa namun alangkah lebih baiknya jika para pengunjung tidak melewatkan wawasan yang sangat bermanfaat.
Hal tersebut sangat penting untuk diketahui dan dipelajari. Mengapa demikian? Karena dari sejarah, kita bisa belajar untuk menghadapi masa yang akan datang. Kemudian dari sisi efektifitas juga tidak kalah penting dimana mayoritas tujuan pengunjung dalam berwisata adalah untuk menyegarkan pikiran bukan untuk belajar.
Jadi penyampaian informasi yang efektif guna pembelajaran, akan memberikan rasa penasaran yang lebih dalam sehingga timbul rasa ingin tahu yang tinggi dari wisatawan. Informasi yang disampaikan pun juga harus dijelaskan secara spesifik agar tidak bersifat meluas sehingga masih memiliki kaitan dengan tempat wisata edukatif tersebut. Ditambah lagi, adanya wisata edukatif harus bisa memberikan dampak kepada para wisatawan.
Dampak yang dimaksud adalah dampak secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung adalah ketika pengunjung ikut serta dalam menjalankan proses edukasi seperti membuat sesuatu yang bermanfaat. Sedangkan dampak tidak langsung adalah pengetahuan yang didapatkan oleh pengunjung guna menambah wawasan.
Jika dampak tersebut bisa dirasakan secara penuh oleh wisatawan, maka wisata edukatif tersebut tentu berfungsi secara optimal. Namun, tidak cukup sampai disitu jika pengoptimalan hanya mengandalkan wisatawan dari luar daerah. Artinya perlu upaya lain seperti mengajak para siswa-siswi sekitar untuk belajar di tempat wisata edukatif tersebut.
Selain bisa bermain dan belajar, para siswa-siswi tersebut bisa memaknai objek yang ada di kawasan wisata edukasi sembari mendengarkan penjelasan berupa informasi dari objek pembelajaran tersebut.
Seperti kajian yang dilakukan oleh Emirta Z.A.S. Hanapi dan kawan-kawannya yang menjelaskan jika semua kalangan guru mau meluangkan waktu untuk mengajak siswa ke objek wisata dan memaknai kegiatan yang ada di sekitarnya, maka siswa dan guru tersebut telah ikut berpartisipasi dalam melestarikan potensi wisata sebagaimana yang termuat dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 bahwa pemanfaatan potensi daerah dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan lingkungan sekitar, termasuk objek wisata sebagai sumber belajar.
Maka akan sangat efektif jika pembelajaran dilakukan tidak hanya dengan penyampaian materi-materi di kelas, melainkan juga terjun ke destinasi wisata edukatif sehingga para siswa bisa memahami materi dengan melihat langsung objek apa yang mereka pelajari.
Disisi lain, efektivitas pembelajaran di wisata edukatif juga bergantung pada objek-objek yang bisa dipelajari. Penambahan ornamen-ornamen yang mendukung untuk belajar sangat membantu dalam melengkapi suasana edukasi hingga melengkapi informasi yang disampaikan.
Melalui wisata edukatif, sangat mudah mengukur efektivitas pembelajaran pada pengunjung. Hal tersebut dikarenakan adanya kualitas pembelajaran yang tidak hanya sekedar cerita melainkan juga terdapat objek yang diceritakan sehingga para pengunjung mampu menangkap informasi lebih jelas.
Kemudian waktu dalam belajar juga terbilang cukup dimana para pengunjung akan disuguhkan berbagai objek pembelajaran sembari berfoto sehingga pengunjung akan betah belajar di kawasan wisata edukatif. (Awp)
Penulis: Alvien Wardhana P
Editor: Rofidah Noor