Rawon Brintik Malang, Definisi Masakan yang Lezatnya Tiada Tara

Rawon Brintik, rawon paling tua yang ada di Kota Malang (Gambar diambil dari web Instagram.com/sannychr)

DIORAMALANG.COM, 29 AGUSTUS 2020 – Suka makan rawon? Kalau gitu kamu harus coba makan masakan hitam yang sedap ini di Rawon Brintik, Kota Malang! Meskipun namanya tak sebesar Rawon Nguling, namun jangan salah Ker, rawon yang satu ini punya kekhasan tersendiri lo. Rawon Brintik ini bahkan disebut-sebut sebagai rawon paling tua yang ada di Kota Malang.

Diwartakan dalam Republika.co.id, pemilik warung Rawon Brintik, Maslihah Hasyim menerangkan bahwa warungnya telah berdiri sejak 1942 oleh buyutnya, Napsiah. Warung rawon ini dapat disebut sebagai yang tertua di Kota Malang, Jawa Timur.

Mulanya warung Rawon Brintik berlokasi di Jalan Pertukangan Gang 3 atau yang kini berubah menjadi Jalan Gatot Subroto. Namun sekitar tahun 1965 atau 1966, warung Rawon Brintik dapat dikunjungi di Jalan Ahmad Dahlan No. 39.

Tampak Kelezatan dari Rawon Brintik (Gambar diambil dari web Travelingyuk.com)

Perbedaan yang begitu jelas ketika melihat Rawon Brintik adalah visualnya yang tak sehitam rawon pada umumnya. Rawon Brintik tetap menggunakan kluwek sebagai warna inti daripada masakan ini, namun memang penggunaannya tak sebanyak rawon-rawon lain. Hal ini dilakukan supaya masakan tak begitu pahit dan nikmat untuk disantap.

Meski begitu, Rawon Brintik tetap menjadi primadona bagi banyak orang. Pasalnya rasa makanan ini justru lebih nikmat karena bahan-bahan yang digunakan segar dan cukup, tak berlebihan. Penerus generasi keempat warung Rawon Brintik ini mengakui bahwa penggunaan bahan dari pemasok yang sudah jadi langganan turun-temurun juga menjadi faktor kualitas masakannya tetap sama. Selain itu, Maslihah Hasyim tetap berpegang teguh dengan resep yang sudah diturunkan kepadanya.

Sejak tahun 1997, menu makanan ditambah agar variasi makanannya semakin semarak. Jadi ketika datang ke tempat ini, pengunjung bisa menikmati menu makanan lain selain rawon seperti Ayam Bumbu Rujak, Kare Ayam Kampung, Semur Daging, Pecel hingga Bali Telur.

Papan menu Rawon Brintik yang lawas, masih dipertahankan hingga kini (Gambar diambil dari web Instagram.com/_andretjoa)

Untuk satu porsi Rawon Brintik sudah terdapat nasi yang disiram dengan kuah panas dengan potongan daging sapi yang dibandrol seharga Rp 27.500. Harga yang ditawarkan akan berubah ketika pelanggan menginginkan satu porsi besar rawon tanpa nasi. Daging sapi yang digunakan sangat empuk dan tidak alot. Makanya nggak heran kalau Rawon Brintik sangat terkenal dengan kelezatannya.

Usut punya usut kelezatan masakan ini muncul berkat metode memasaknya yang berbeda. Selain itu cara pengolahannya yang masih menggunakan tungku arang menciptakan cita rasa yang nikmat dan berbeda dibandingkan dengan memasak menggunakan kompor gas. Hasil masakan jadi lebih nikmat sempurna.

Hal senada dikemukakan dalam jurnal oleh Danita, Andini, dan Nedina Sari, mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Makanan tradisional yang menggunakan bahan bakar arang untuk memasaknya memiliki cita rasa khas yang diterima oleh masyarakat.

Dijelaskan bahwa arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Jika makanan tidak dimasak dengan menggunakan arang, maka cita rasa dan aroma khas yang seharusnya menjadi daya tarik masakan akan tiada.

Kemudian pada jurnal ilmiah dari Seminar Nasional Keunggulan Kuliner Indonesia tahun 2019 yang diselenggarakan Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Budianta memaparkan bahwa rawon merupakan makanan khas Jawa Timur yang berdampingan dengan berbagai makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat antara lain rujak cingur, tahu campur, sate, dan nasi goreng, disamping makanan lainnya.

Masing-masing makanan mempunyai kekhasannya yang tentunya tidak tepat bila dibandingkan. Rawon merupakan sup daging atau daging berkaldu dengan warna kehitaman yang dapat dikonsumsi tanpa terbatas waktu, baik pada pagi, siang, ataupun malam hari. Sebaran usia konsumennya juga luas, mulai dari anak-anak, pemuda, dan dewasa bahkan manusia lanjut usia.

Tampak depan warung Rawon Brintik (Gambar diambil dari web Instagram.com/_andretjoa)

Hal yang sama terjadi pada rawon tertua di Kota Malang ini, pelanggan datang dari berbagai kalangan. Namun uniknya adalah, mayoritas pelanggan yang datang ke warung ini kebanyakan adalah pelanggan keturunan Tionghoa. Mereka secara turun-temurun datang ke warung Rawon Brintik ini dan menjadi pelanggan setia.

Sedangkan untuk nama warung, menurut cerita Maslihah yang dituturkan pada Travelingyuk.com, terbentuk ketika dulu buyut Napsiah memiliki rambut β€˜Brintik’ yang dalam Bahasa Jawa berarti keriting. Pelanggan lantas sering menyebut usahanya dengan istilah Rawon Brintik. Jadilah nama tersebut yang terkenal hingga sekarang.

Bagi kamu yang ingin mencicipi Rawon Brintik ini, dapat datang langsung ke Jalan Ahmad Dahlan No. 39. Lokasinya mungkin tak begitu luas, hanya cukup untuk pengunjung sebanyak 16 orang akan tetapi kelezatan rawon disini tetap tiada tara. Warung ini buka setiap hari mulai pukul 5 pagi hingga 4 sore, untuk itu jangan lupa datang ke sini ya Ker! (Rof)

Penulis: Rofidah Noor

Editor: Shofiyatul Izza W

6 thoughts on “Rawon Brintik Malang, Definisi Masakan yang Lezatnya Tiada Tara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *