Kisah Ken Dedes Di Desa Polowijen

Petilasan Ken Dedes Di Desa Polowijen (Gambar diambil dari web Kompasiana.com)

DIORAMALANG.COM, 28 AGUSTUS 2020 – Halo Ker, bila beberapa waktu silam Dioramalang.com pernah membahas mengenai aktivitas pelestarian budaya yang ada Kampung Budaya Polowijen. Kali ini Dioralamang.com akan membahas kembali mengenai kampung tematik ini, namun bukan dari segi budaya melainkan dari segi kisah sejarah mengenai sosok Ken Dedes yang dipercaya asal-usulnya berasal dari kampung ini.

Masyarakat Polowijen percaya, bahwa Desa Panawijen yang menjadi tempat lahirnya Ken Dedes dalam Kitab Pararaton, sebenarnya adalah Desa Polowijen. Lantaran di desa ini, terdapat sebuah sumur yang dipercaya oleh warga setempat sebagai sumur yang sama seperti yang ada di dalam cerita Ken Dedes.

Menurut laporan milik Terakota.id, pada zaman dahulu di Panawijen (nama kuno dari Polowijen) terdapat seorang gadis yang sangat cantik bernama Dedes. Karena kecantikannya yang luar biasa, banyak para pemuda yang akhirnya tertarik untuk segera meminangnya (mengajak menikah). Pada suatu hari, datanglah lamaran dari seorang pemuda bernama Joko Lulo yang datang untuk melamar Dedes.

Pada masanya, Joko Lulo dikenal sebagai orang yang punya kesaktian tinggi, namun parasnya sangat buruk. Ketika orang tua Joko Lulo yang datang dari Desa Dinoyo mencoba untuk melamar, Dedes menolak secara halus. Pada saat itu, Dedes memberikan sebuah persyaratan berat agar Joko Lulo tidak bisa meminangnya.

Syarat yang diberikan kala itu adalah, Dedes meminta untuk dibuatkan sebuah sumur yang kedalamannya mencapai 1 windu (8 tahun) perjalanan. Namun diluar dugaan, ternyata Joko Lulo mampu untuk membuat sumur tersebut dengan waktu yang sangat singkat. Sumur yang dibuat oleh Joko Lulo ini, sekarang disebut sebagai situs Sumur Windhu oleh masyarakat setempat.

Karena syarat pernikahan yang diberikan Dedes mampu dipenuhi oleh Joko Lulo, akhirnya mau tidak mau Dedes harus menerima pinangan dari Joko Lulo. Setelah menentukan hari pernikahan Joko Lulo dan Dedes, orang tua Joko Lulo meminta agar pertemuan pengantin hendaknya dilaksanakan pada waktu tengah malam. Hal itu ternyata dilakukan untuk menutupi wajah Joko Lulo yang buruk agar tidak ketahuan oleh Dedes.

Namun, ketika ingin dipertemukan tiba-tiba terdengar Tompo (tempat nasi yang terbuat dari anyaman bambu) dan lesung (alat menumbuk padi) yang dibunyikan oleh para gadis di Desa Panawijen. Hal tersebut membuat ayam-ayam mulai berkokok dan cahaya matahari mulai bersinar terang.

Setelah melihat wajah asli Joko Lulo yang buruk, Dedes akhirnya melarikan diri karena tidak mau diajak untuk menikah. Pada saat itu Dedes langsung menceburkan dirinya ke dalam Sumur Windhu yang dibuat oleh Joko Lulo. Saat ini, sumur tersebut diberi nama Sendang Dedes oleh warga sekitar. Namun terkadang ada pula yang menyebutnya dengan nama Sumur Upas.

Untuk kamu yang ingin datang berkunjung, situs ini berada di Jalan Cakalang, Lingkungan Watu Kenong, Kelurahan Polowijen. Untuk lebih tepatnya, bila datang dari arah Alun-alun Kota Malang. Sebelum pertigaan flyover (jika ke kanan menuju ke Terminal Arjosari), silahkan belok ke kiri di dekat rel kereta api. Lurus saja ikuti jalan tersebut hingga menemukan sebuah papan yang bertuliskan “Sumur Windhu Ken Dedes”.

Tinggal berjalan kaki sebentar melewati area persawahan, nanti kamu akan sampai di sebuah pendopo kecil. Tepat di bawah pendopo kecil itulah tempat dari Sumur Windhu yang ada dalam kisah Ken Dedes di Polowijen berada.

Kisah Ken Dedes juga dijelaskan oleh Trisna Susanto Yunus Alfian dalam Jurnal Pendidikan Sejarah, mengatakan bahwa kisah mengenai Ken Dedes hadir sebagai sebuah cerita lisan (tutur) yang dikisahkan dari mulut ke mulut, hingga dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Kitab Pararaton yang dijadikan sebagai sumber cerita kisah Ken Dedes, adalah sebuah kitab naskah Sastra Jawa Pertengahan yang diubah dalam bahasa Jawa Kawi.

Pada zamannya, Pararaton dipandang sebagai sejarah atau kisah sejarah. Pararaton pada pengertian sekarang dapat digolongkan sebagai historigrafi tradisional mengenai mitos Ken Dedes yang membawa dampak sejarah besar mengenai berdirinya kerajaan Singasari.

Namun, menurut Fitri Merawati dalam penelitiannya mengatakan. Dalam serat Pararaton cerita mengenai sosok Ken Dedes, diceritakan sebagai sosok wanita sempurna yang memiliki aura keberuntungan atau sering disebut dengan Nariswari (Ratu) sehingga dia memiliki keturunan yang kemudian menjadi raja-raja di Jawa. Namun, yang menarik dari kisah ini,nama Ken Dedes yang terdapat dalam naskah Pararaton yang ditulis ratusan tahun sesudah zaman Tumapel dan Majapahit.

Nama Ken Dedes sama sekali tidak ada di dalam naskah Nagarakrtagama (karya monumental yang ditulis oleh Mpu Prapanca) atau dalam prasasti apapun. Tapi anehnya, nama Ken Dedes selalu saja muncul dalam setiap kisah kerajaan Singasari dan Majapahit.

Meski terdapat banyak versi cerita yang berbeda, namun kisah perjalanan hidup Ken Dedes selalu saja melegenda. Yuk, cari tau lagi mengenai situs peninggalannya. Agar kita tau, kisahnya benar-benar nyata atau hanya sekedar legenda. (Syz)

Penulis: Syaifudin Zuhri

Editor: Shofiyatul Izza W

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *