Gedung Sarinah Malang, Diselimuti Banyak Sejarah

Pusat Perbelanjaan Sarinah Malang, yang merupakan Mal pertama kali berdiri di Kota Malang (Gambar diambil dari Wikimapia.org)
DIORAMALANG.COM, 23 AGUSTUS 2020 – Jika kamu pernah berkunjung ke Alun-Alun Kota Malang, tentu saja di sana kamu juga melihat banyak gedung pusat perbelanjaan yang saling berjajaran. Namun siapa mengira jika di antara banyaknya gedung tersebut, terdapat satu pusat perbelanjaan yang memiliki nilai sejarah dan juga menjadi saksi bisu dalam proses kemerdekaan Indonesia. Gedung pusat perbelanjaan ini juga menjadi bangunan ikonik Kota Malang.

Gedung Concordia Malang yang Saat ini dikenal dengan Sarinah (Gambar diambil dari Malangmerdeka.com)
Masyarakat Kota Malang mengenal gedung pusat perbelanjaan ini dengan nama Sarinah. Lokasinya yang strategis ini membuat Sarinah Malang juga dikenal oleh masyarakat luas. Yaitu berada di sisi pojok barat alun-alun Merdeka Kota Malang.
Pusat perbelanjaan ini pernah eksis pada masanya, yaitu pada era tahun 90-an. Bagaimana tidak dikatakan eksis, dikarenakan pusat perbelanjaan ini merupakan mall pertama kali yang berdiri di Kota Malang.
Menurut laporan Terakota.id, gedung Sarinah Malang awalnya merupakan rumah Bupati Malang pertama, Radeng Tumenggung Notodiningrat (1820-1839). Setelah dikuasai Belanda gedung diubah menjadi Societeit Concordia atau gedung rakyat. Gedung ini menjadi tempat berkumpul, berdansa, menonton pertunjukkan kesenian, dan makan malam.
Gedung Concordia ini diperkirakan dibangung sebelum tahun 1900-an. Menilik dari Tirto.id, Handinoto dan Paulus H. Soehargo dalam Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang (1996) menyebut bangunan gedung tersebut mulanya bergaya Indische Empire dengan barisan kolom teras depan yang menjulang lengkap dengan gevel penutup atap yang menonjol.

Penjelasan Sejarah Sarinah Malang di atas Batu (Gambar diambil dari Kisekii.com)
Selain itu gedung ini juga merupakan cikal bakal dari terbentuknya DPR RI. Pada 25 Februari hingga 5 Maret 1947, gedung ini digunakan untuk rapat besar KNIP. Dalam rapat tersebut adapun pembahasan di dalamnya adalah mengenai perjanjian Linggarjati.
Banyak nama besar yang hadir dan terlibat dalam rapat KNIP, diantaranya yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Edward FE Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara, Dr. Soetomo dan tokoh lainnya yang berasal dari berbagai negara.
Adanya KNIP di Kota Malang, tentu saja disambut dengan sangat baik oleh warga Malang. Antusias warga Malang pada kongres akbar ini membuat gedung Concordia padat. Hingga hotel-hotel dan stasiun pun juga dipenuhi warga.
Diwartakan oleh Ngalam.co, melihat betapa besar semangat dan antusias warga Malang, Jan Bouwer dari Nieuwsgier menulis di media internasional, “De ontvangst der bultenlandsche gasten was allervoorkomendst en niest werd nagelaten om het hun zoo aangenam mogelijk te maken” yang berarti “penerimaan terhadap tamu luar negeri sangat manis dan segala sesuatu diusahakan untuk menyenangkan mereka sedapat mungkin”.
Hal ini sangat membanggakan Indonesia, khususnya Kota Malang, karena kongres akbar ini menjadi bukti bahwa sesungguhnya Indonesia adalah negara yang aman, dan Malang adalah kota yang kondusif bagi perjuangan bangsa Indonesia pada masa itu.
Namun pada Agresi Militer tahun 1947 bangunan Concordia hangus. Hal tersebut merupakan dilakukan demi menghalau serangan Belanda. Tidak hanya bangunan Concordia saja yang hangus, begitu juga dengan bangunan kolonial lainnya.
Pada tahun 1960-an, puing-puing bangunan asli Concordia dibangun dengan gedung pusat perbelanjaan Sarinah. Dan tercatat dalam sejarah, bahwa Sarinah merupakan pusat perbelanjaan pertama di Kota Malang.
Meskipun gedung Sarinah berdiri di atas puing-puing sisa gedung Concordia, setidaknya nilai sejarah pada gedung ini masih terbalut hingga saat ini. Dan setidaknya masih terdapat sisa-sisa yang masih dapat dilestarikan oleh Kota Malang.
Maka, hal tersebut memang perlu untuk dilakukan karena puing gedung Concordia yang saat ini menjadi Sarinah, merupakan satu saksi bisu atas merdekanya Indonesia.
Menurut Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MTA dkk, jurusan arsitektur ITN Malang dalam jurnal penelitian yang ditulisnya menjelaskan bahwa, bangunan bersejarah adalah bagian tak terpisahkan dari lingkungan yang telah terbangun. Sejarah membentuk wajah kota, dan sebagian masih dapat dilihat oleh generasi sekarang. Ironisnya nilai usia dan sejarah bangunan yang bertambah berbanding terbalik dengan kondisi fisiknya bila tidak dilakukan konservasi.
Kini pusat bangunan bersejarah Concordia, yang terletak di Jalan Jenderal Basuki Rahmat, Kecamatan Klojen, Kota Malang sudah beralih fungsi menjadi gedung pusat perbelanjaan Sarinah.
Logo Sarinah yang saat ini berada tepat di depan Mal, sebelumnya adalah sebuah monumen KNIP. Tetapi kemudian dibongkar dan diganti dengan logo Sarinah tersebut. Arsitektur pada Sarinah saat ini pun juga menggunakan konsep gedung-gedung modern.

Gedung Sarinah Kota Malang (Gambar diambil dari Wikimapia.org)
Gedung Sarinah yang berada di kawasan bersejarah ini tentu saja harus melakukan upaya agar tetap terjaga nilai sejarahnya. Dan yang kita ketahui bahwa kawasan Jalan Basuki Rahmat sampai Jalan Merdeka Kota Malang, merupakan kawasan yang bersejarah.
Seperti yang diungkapkan Walikota Malang, Sutiaji pada Kompas.com, “Koridor ini punya jejak heritage dan nilai nostalgia yang kuat. Ambil contoh gedung Sarinah yang berada di Jalan Merdeka Utara yang menjadi saksi sejarah mulai jaman kolonial hingga zaman perjuangan,” terangnya.
Adanya gedung Sarinah yang terletak di kawasan bersejarah ini tentu saja akan menjadikan suatu aset wisata budaya yang berada di Kota Malang. Seperti yang tertulis dalam jurnal arsitektur milik Iwan Indra Riztyawan dkk, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, pada Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011, Bab IV, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030, dikatakan pada Butir D “menetapkan bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah dan kriteria benda cagar budaya yang menunjukkan penanda kota dan aset wisata budaya.”
Butir E yang berbunyi “mempertahankan dan mengembangkan lingkungan dan bangunan cagar budaya untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kepariwisataan.”
Jika kamu berkunjung ke pusat perbelanjaan Sarinah Malang, jangan lupa untuk sempatkan melihat satu peninggalan sejarah yang masih tertinggal di sana. Yaitu berada tepat di sebelah logo Sarinah. Dan jangan lupa untuk mengelilingi kawasan bersejarah di Kota Malang ya Ker! (Siw)
Penulis: Shofiyatul Izza W
Editor: Rofidah Noor