Kampung Sinau, Membuat Suasana Belajar Jadi Lebih Seru

Mahasiswa yang Menjadi Relawan di Kampung Sinau (Gambar diambil dari web Tribunnews.com)

DIORAMALANG.COM, 20 AGUSTUS 2020 – Tidak semua anak Indonesia beruntung untuk menjalani pendidikan. Kondisi memprihatinkan itu juga dialami oleh anak-anak kampung Untung Sudiro, RT 4 RW 4 Cemorokandang, Kota Malang. Terlepas dari pendidikan sekolah dasar, anak-anak kampung Untung Sudiro terpaksa harus menghentikan mimpi mereka untuk meneruskan pendidikan mereka ke jenjang selanjutnya. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi yang akhirnya memaksa banyak anak gagal melanjutkan sekolah menengah. Akan tetapi  di Malang sendiri, ada sebuah sekelompok anak muda yang ingin membantu anak-anak tersebut untuk belajar serta mengembangkan kreativitasnya.

Pada daerah tersebut terdapat sebuah tempat yang dinamai Kampung Sinau. Kampung ini merupakan sebuah tempat yang didirikan oleh sebuah komunitas pemuda sosial yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan non formal yang dapat mengembangkan kreativitas anak-anak di Kelurahan Cemorokandang, Kota Malang. Namun sebelum itu bagaimana perjalanan adanya kampung tersebut? daripada kamu penasaran disimak ulasan berikut ini Ker!

Dalam dunia pendidikan akan selalu ada masalah-masalah baru, kesulitan yang harus dihadapi pada dunia pendidikan itu sangatlah luas. Salah satunya ialah banyaknya anak-anak yang terpaksa tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Namun di negara kita khususnya di daerah Jawa Timur, masalah tersebut telah banyak ditangani oleh beberapa kalangan mulai dari pemerintah, lembaga kemasyarakatan maupun organisasi kepemudaan. Setiap kelompok tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu ingin meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa khususnya kepada anak-anak yang kurang mampu.

Awal mula adanya kampung ini adalah dari seorang pemuda yang memiliki inisiatif untuk membantu pendidikan anak-anak yang kurang mampu. Pemuda itu bernama M. Toha Mansyur Al Badawy, dialah yang mendirikan Kampung Sinau edukasi seni.

Tergerak dari rasa prihatin terhadap anak-anak di kampung itu menjadi alasan awal berdirinya Kampung Sinau. Dimana pada saat itu, kampung ini memiliki cukup banyak anak-anak yang hanya lulusan SD maupun SMP dan tidak bisa meneruskan ke jenjang selanjutnya.

Dalam Jurnal Pendidikan dengan judul “Strategi Membangun Masyarakat Gemar Belajar” yang ditulis Nastiti Novitasari dkk, mengemukakan adanya kampung Sinau merupakan sebuah wilayah yang berada di kawasan Cemorokandang Kota Malang. Terdapat berbagai macam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan secara nonformal, yakni kegiatan bimbingan belajar, kursus dan pelatihan. Kampung Sinau didirikan atas dasar keadaan pendidikan warga setempat yang membutuhkan perhatian khusus. Di kampung ini, terdapat banyak anak putus sekolah, dikarenakan tidak mampu melanjutkan pendidikan, baik karena masalah perekonomian maupun akibat tidak dapat diterima di sekolah negeri dan memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah.

Hal tersebut menjadi alasan utama salah satu anggota karang taruna di desa tersebut mendirikan Kampung Sinau. Keinginannya menjadikan warga di desanya menjadi gemar belajar membuatnya melakukan cara-cara yang dapat menarik minat warga desa untuk belajar.

Kegiatan belajar di Kampung Sinau (Gambar diambil dari web Liputan6.com)

Pada saat itu dia hanya mengajarkan sekitar puluhan anak di rumah ibunya. Seiring berjalannya waktu anak-anak yang belajar ke Mansyur jumlahnya semakin banyak. Awalnya hanya siswa SD sampai merambat ke siswa SMP bahkan SMA yang ingin belajar kepadanya.

Mansyur sendiri tidak hanya memberikan pelajaran dalam segi akademik namun juga non akademik, seperti melukis, menari, sampai multimedia. Melihat perkembangan siswa yang dimilikinya, pada Maret 2015 lalu, Kampung ini diresmikan dengan diberi nama “Kampung Sinau”.

Pemberian nama Kampung Sinau sendiri diambil secara kebetulan saja oleh Mansyur. Dalam bahasa Indonesia kata ‘Sinau’ sendiri memiliki arti ‘Belajar’. Seperti berita yang dirilis pada Malangtimes.com, Mansyur yang pernah menjabat Ketua Taruna periode 2015 mengungkapkan nama ‘Kampung Sinau’ tercetus secara kebetulan dan tidak bermaksud ikut-ikutan seperti daerah lain yang punya Kampung Inggris. “Kan satu kampung. Kabeh-kabeh podo sinau (semua belajar). Akhir e (akhirnya) tercetus nama Kampung Sinau,” jelasnya.

Ada beberapa keunikan yang dimiliki kampung satu ini, salah satunya pelajaran bahasa asing yang diberikan seperti bahasa Jepang, Mandarin, Arab, Inggris, dan Jerman. Lalu untuk pengunjung yang ingin datang dan masuk ke Kampung Sinau harus memakai tiket, dan tiket yang digunakan yaitu dengan membawa donasi berupa buku. Jadi kamu yang mau berkunjung harus bawa buku Ker, nantinya buku-buku itu menjadi koleksi tambahan di kampung tersebut.

Dalam mengajar siswanya Mansyur tidak sendiri, ia dibantu oleh beberapa relawan mahasiswa dari berbagai Universitas ternama di Malang. Diantaranya Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UM), hingga Universitas Machung. Sedangkan proses belajar mengajarnya berlangsung setiap hari secara bergantian. Relawan yang mengajar sangat bahagia untuk memberikan ilmu kepada anak-anak tersebut.

Selain menjadi tempat belajar bagi anak-anak TK sampai SMA, di kampung ini juga menyediakan perpustakaan yang satu tempat dengan musala. Jumlah buku yang tersedia pun cukup beranekaragam. Hal ini membuat perpustakaan di sini juga bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, dari yang muda sampai tua.

Seperti kegiatan festival budaya yang diadakan pada tahun 2017 lalu yang ditulis Timesindonesia.co.id, Komunitas Kampung Sinau akan turut memeriahkan ulang tahun HUT RI ke 72, dengan menggelar kegiatan Festival Kampung Sinau II. Pendiri Komunitas Kampung Sinau M. Toha Mansyur Al Badawi menyebutkan kegiatan ini merupakan bagian dalam perayaan HUT ke 72 RI. Festival Budaya Kampung Sinau 2017, ini nantinya kembali menghadirkan perpaduan seni dan budaya di Jalan Untung Sudiro, Kelurahan Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.

Adapun kegiatan lainya pada Kampung Sinau ditulis oleh Ainul B dkk dalam Jurnal nya sebagai wadah anak untuk belajar dan berproses di luar sekolah nyatanya mampu membuat anak-anak merasa lebih nyaman untuk belajar. Melalui les gratis, pendidikan seni anak berupa workshop, dan pendidikan budaya anak berupa kegiatan rutin tahunan Kegiatan-kegiatan tersebut anak-anak dilibatkan untuk menjadi pengisinya. Selain itu, kegiatan tersebut juga melibatkan warga-warga di kelurahan Cemorokandang. Dalam Komunitas Kampung Sinau tidak memiliki struktur organisasi yang resmi, hanya terdiri dari Founder atau dari pendiri komunitas yaitu M. Mansyur Al Badawi dan ketua komunitas yaitu Mufarrohah.

Menarik bukan? tunggu apalagi Ker segera berkunjung ke Kampung Sinau. Di sana kamu bisa mengisi waktu libur dengan kegiatan yang bermanfaat, apalagi untuk berbagi ilmu. Jangan lupa juga ajak kerabat kamu jika berkunjung ke kampung tersebut. (Fiq)

Penulis: Moh. Fiqih Aldy Maulidan

Editor: Rofidah Noor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.