Melihat Candi Jago Dengan Keunikan Reliefnya

Potret Candi Jago yang Terlihat Masih Kokoh (Gambar diambil dari instagram/tomagultom)

DIORAMALANG.COM, 18 AGUSTUS 2020 – Malang merupakan salah satu kota yang menyimpan berbagai macam destinasi wisata sejarah yang menarik untuk ditelusuri Ker, salah satunya Candi Jago. Menariknya candi ini memiliki kisah yang terpatri pada setiap dinding reliefnya. Candi  Jago sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata “Jajaghu” yang berarti keagungan. Yuk langsung aja dipantau penjelasan berikut!

Namun sebelum itu, apakah kalian tahu pengertian tentang candi? Jika belum, pengertian candi dijelaskan dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Rahmat Kurniawan dan Saiful Yahyah, dimana candi merupakan salah satu peninggalan sejarah yang punya peranan penting dalam sejarah perkembangan kebudayaan di Indonesia. Lebih dari seratus candi tersebar di seluruh penjuru negeri dari Sabang sampai Merauke.

Penyebaran candi terbanyak antara lain ada di pulau jawa. Hal ini dilatar belakangi oleh banyaknya kerajaan-kerajaan yang menganut agama Hindu dan Budha. Sebelum Islam masuk ke nusantara, agama Hindu-Budha lebih dulu tumbuh dan berkembang pesat di wilayah ini sejak era kerajaan Mataram lama sampai era Majapahit. Candi menjadi salah satu tempat untuk melakukan berbagai acara keagamaan waktu itu.

Laporan Imam Maliki kepada Kompas.com, menjelaskan bahwa awal mula adanya Candi Jago dijelaskan dalam kitab Negarakertagama dan Pararaton pembangunan Candi Jago Kertanegara raja terakhir Singosari pada tahun 1268 M sampai dengan tahun 1280 M. Candi ini dibangun sebagai penghormatan bagi raja Singosari ke 4, Ranggawuni atau yang terkenal dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardhana pada 1268 M.

Dalam proses pembangunan di masa pemerintahan Kerajaan Singasari, disebutkan dalam kedua kitab tersebut bahwa Candi Jago pada 1359 M merupakan salah satu tempat yang sering dikunjungi Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit.

Keterkaitan Candi Jago dengan Kerajaan Singasari terlihat juga dari pahatan padma (teratai), yang menjulur ke atas dari bonggolnya, yang menghiasi tatakan arca-arcanya. Motif teratai semacam itu sangat populer pada masa Kerajaan Singasari.

Yang perlu dicermati dalam sejarah candi adalah adanya kebiasaan raja-raja zaman dahulu untuk memugar candi-candi yang didirikan oleh raja-raja sebelumnya. Diduga Candi Jago juga telah mengalami pemugaran pada tahun 1343 M atas perintah Raja Adityawarman dari Melayu yang masih memiliki hubungan darah dengan Raja Hayam Wuruk.

Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Keseluruhannya memiliki panjang 23,71 m, lebar 14 m, dan tinggi 9.97 m. Bangunan Candi Jago tampak sudah tidak utuh lagi, yang tertinggal pada Candi Jago hanyalah bagian kaki dan sebagian kecil badan candi. Badan candi disangga oleh tiga buah teras.

Sedangkan bagian depan teras menjorok dan badan candi terletak di bagian teras ketiga. Atap dan sebagian badan candi telah terbuka. Secara pasti bentuk atap belum diketahui, akan tetapi ada dugaan bahwa bentuk atap Candi Jago menyerupai Pagoda.

Letak candi ini berada di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Kawasan wisata dibuka mulai pukul 07.00 WIB hingga 18.00 WIB tanpa perlu membayar untuk tiket masuknya. Fasilitas yang terdapat di area candi ini cukup lengkap, yaitu terdiri dari: Lahan Parkir, Warung Makan, Toilet, Gazebo Pengunjung, Tempat Penginapan.

Untuk sampai ke tempat ini, pengunjung bisa melalui arah pusat Kota Malang yang berjarak 22 km. Atau jika dari Kota Malang,  melalui Jalan Madyopuro, Cemorokandang, Kecamatan Pakis, Tumpang. Setelah itu melewati Pakis hingga masuk Tumpang. Ikuti jalan utama hingga di Pasar Tumpang yang berada di pusat Kecamatan Tumpang.

Candi Jago terletak kurang lebih 500 meter dari Pasar Tumpang. Bagi pengunjung yang ingin naik angkutan umum bisa ke Terminal Arjosari dan naik angkutan umum Malang Tumpang hingga tiba di Pasar Tumpang.

Restu Wahyuning Asih melaporkan kepada Tribunnewswiki.com tentang bentuk candi, dimana bentuk dari Candi Jago sendiri masih berupa reruntuhan yang belum dipugar. Keseluruhan bangunan candi berbentuk segi empat dengan luas 23 x 14 meter. Atap candi ini sebagian sudah hilang karena disambar oleh petir, sehingga tinggi bangunan aslinya tidak dapat diketahui dengan pasti. Diperkirakan bahwa tinggi candi ini secara keseluruhan mencapai 15 meter.

Bangunan candi menghadap ke barat, berdiri di atas batu setinggi sekitar 1 meter dan kaki candi yang terdiri atas 3 teras bertingkat. Candi Jago dipenuhi dengan panel-panel relief yang terpahat rapi mulai dari kaki sampai ke dinding ruangan teratas.

Bagian relief Mahabharata pada bagian Candi Jago (Gambar diambil dari web Ngalam.co)

Kemudian penjelasan tentang relief terdapat pada Jurnal yang ditulis oleh Hendri Setiawan dan Debi Setiawati, bahwa relief-relief Candi Jago seperti berikut:

  • Relief berupa cerita fabel. Cerita fabel merupakan cerita binatang yang didalamnya mengandung pesan moral yang sangat berharga. Cerita fabel dalam relief Candi Jago dapat dibagi menjadi tujuh bagian cerita yang memiliki alur serta pesan moral yang berbeda-beda.

    Pesan moral yang disampaikan berkaitan dengan kejadian-kejadian yang dialami manusia dalam hidupnya, sehingga memiliki relevansi bagi pembacanya. Setiap rangkaian cerita terdiri dari beberapa panel yang menyatu maupun terpisah. Bentuk dan gambar dari setiap cerita dalam relief Candi Jago dapat dilihat sebagai berikut:

                a) Cerita Katak dan Ular,

                b) Cerita Lembu dan Buaya,

                c) Cerita Pemburu, Harimau dan Kera,

                 d) Cerita Singa dan Lembu, dan

                e) Bangau Mati Oleh Ketam.

  • Relief berupa cerita Partjana dan Arjuna Wiwaha Pahatan pada dinding teras kedua menggambarkan cerita Parthayajna dan Arjuna Wiwaha. Kedua relief tersebut bercerita tentang kekalahan Pandawa di meja judi karena kelicikan Sengkuni.

    Akibatnya kerajaan mereka dikuasai oleh Kurawa dan Pandawa harus hidup sebagai orang biasa selama 12 tahun di pengasingan dalam hutan. Arjuna Wiwaha pergi meninggalkan saudara-saudaranya untuk bertapa memohon kepada dewa Siwa agar diberikan senjata ampuh untuk mengalahkan Kurawa. Dewa Siwa mengabulkan permohonan Arjuna dengan suatu persyaratan khusus.

Jadi gimana Ker? Segera kunjungi situs bersejarah yang satu ini, serta jangan lupa untuk mengajak kerabat dan keluarga untuk berkunjung, karena kamu dapat berlibur sekaligus mempelajari peninggalan sejarah. Oh iya, bagi kamu yang berkunjung ke candi ini jangan mencoret dan membuang sampah di sekitar Candi Jago, karena hal itu dapat merusak keasrian candi. (Fiq)

Penulis: Moh. Fiqih Aldy Maulidan

Editor: Rofidah Noor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *