Peninggalan Kerajaan Singosari Hingga Air Mata Bidadari, Situs Candi Sumberawan Ini Wajib Dikunjungi

Stupa Candi Sumberawan (Gambar diambil dari web Wikimedia.org)

DIORAMALANG.COM, 15 AGUSTUS 2020 – Berkunjung ke kota bunga tak akan terasa lengkap sebelum datang ke Candi Sumberawan. Pasalnya candi yang satu ini lokasinya sangat menarik karena dikelilingi oleh hutan pinus yang rimbun. Bangunan misterius ini umurnya masih jadi pertanyaan, karena informasinya tak tertera serta tidak ada jejak relief pasti di bangunan candi.

Situs Sumberawan atau yang dulunya bernama Kasurangganan ini adalah sebuah situs bersejarah yang merupakan komplek berisi candi Buddha peninggalan Kerajaan Singasari dan Telaga Mata Air Sumberawan. Lokasinya berada di Dusun Sumberawan, Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Meski di cap misterius, seorang arkeolog Belanda, Van Ramondt, memperkirakan candi yang satu ini berasal dari abad ke 14 atau awal abad ke 15, setelah ditemukan oleh penduduk setempat pada tahun 1904. Hingga akhirnya pada tahun 1937, pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk memberi pemugaran pada bagian kaki candi.

Informasi dan jejak relief memang tak ditemukan pada candi ini. Namun dalam prasasti Negarakertagama disebutkan bahwa situs Sumberawan diidentifikasikan sebagai Taman Surga Nimfa atau taman yang dipenuhi dengan bidadari. Dinamakan begitu karena warga percaya jika bidadari sering kali turun ke tempat ini. Dikatakan juga bahwa Raja Hayam Wuruk dari Majapahit pada 1359 M pernah mengunjungi situs ini.

Berbeda dengan candi-candi kebanyakan, Candi Sumberawan menawarkan atmosfer yang menyejukkan karena dikelilingi oleh banyak tumbuhan. Jadi pengunjung tak perlu khawatir akan kepanasan. Selain itu, rupa Candi Sumberawan ini juga unik, karena bentuknya seperti stupa dan di klaim sebagai satu-satunya candi berbentuk stupa yang ada di Jawa Timur.

Telaga Sumberawan untuk sarana rekreasi keluarga atau teman (Gambar diambil dari Instagram.com/dyahwiliss)

Sumberawan sendiri berasal dari dua kata yakni “sumber” dan “rawan”, artinya sumber yang berasal dari rawa-rawa. Jadi di sekitar stupa ini terdapat banyak sumber mata air yang membentuk telaga. Telaga ini letaknya berada di lereng Gunung Arjuna, dengan ketinggian 650 meter di atas permukaan laut.

Warga menganggap sumber air ini keramat karena berasal dari gunung Penanggungan, Lawu, Wilis, Kawi, Kemukus, Kelud, Arjuno, dan Semeru yang dikenal sebagai gunung suci. Berdasarkan Local Wisdom Scientific Online Journal karya Ramli disebutkan bahwa Stupa Sumberawan dibangun untuk mentransformasi mata air menjadi tirta amerta. Transformasi ini tidak merubah wujud air, akan tetapi merubah sifat dan khasiat air menjadi tirta amerta.

Tirta amerta adalah air suci sebagai minuman para dewa. Apabila orang biasa meminum tirta amerta dipercaya akan terhindar dari bala atau kematian. Masyarakat setempat menggunakan kalen (sungai aliran air dari telaga mata air) untuk mencuci, mandi maupun mencari ikan.Selain itu, Kalen bagi anak-anak setempat adalah tempat bermain sehari-hari.

Hingga saat ini Candi Sumberawan masih tetap digunakan sebagai tempat ibadah umat Buddha, terutama pada saat hari Waisak. Namun uniknya pengunjung yang datang untuk melakukan kegiatan spiritual ternyata tidak hanya mereka yang beragama Buddha saja, tetapi juga dari latar belakang agama atau kepercayaan yang lain.

Dalam Temu Ilmiah karya Titisari dkk, kelompok ini dapat dibagi menjadi tiga, yakni kelompok yang ibadahnya berhubungan dengan keberadaan stupa, kelompok yang memiliki keyakinan terhadap khasiat air telaga, dan kelompok yang memiliki hubungan spiritual dengan ruang atau tempatnya.

Kelompok yang memusatkan ibadahnya pada stupa, misalnya umat Buddha yang menjalankan ritual Waisak. Kelompok yang meyakini khasiat air Sumberawan berasal dari lebih banyak kalangan dengan latar belakang agama berbeda-beda dan dengan kepentingan berbeda-beda (kesehatan, kecantikan, awet muda, kejayaan, kemakmuran, dan lain-lain).

Terakhir adalah kelompok yang memiliki keterkaitan dengan tempat ini adalah mereka yang meyakini bahwa tempat tersebut merupakan tempat leluhur mereka (Raden Wijaya) mengasingkan diri dan bersemedi sebelum akhirnya menemukan dan mendirikan Majapahit.

Kampung Wisata Sumberawan (Gambar diambil dari web Localguidesconnect.com)

Situs Sumberawan ini letaknya tak jauh dari Candi Singosari, keduanya hanya berjarak sejauh 6 km saja. Tempat ini juga sudah diubah menjadi Kampung Wisata Sumberawan. Jadi buat kamu yang ingin berkunjung nggak perlu khawatir, karena fasilitas yang dimiliki kampung wisata ini cukup lengkap. Dengan membayar uang tiket masuk sebesar Rp 5 ribu, kamu sudah bisa belajar sejarah, berswafoto di spot yang sudah disediakan, bermain di taman, hingga camping bareng teman. Seru bukan Ker? (Rof)

Penulis: Rofidah Noor

Editor: Shofiyatul Izza Wahyuni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.