Aneka Makanan Berbahan Tempe menjadi Daya Tarik Wisatawan di Kampung Sanan

Gang menuju Kampung Tempe, Sanan, Kota Malang (Gambar diambil dari web Kumparan.com)
DIORAMALANG.COM, 11 AGUSTUS 2020 – Sebagai destinasi wisata yang diburu banyak wisatawan lokal maupun internasional, Malang jadi kota favorit masyarakat untuk berlibur dan refreshing. Tempat-tempat wisata yang ada di Malang pun cukup beragam, mulai dari wisata alam, sejarah dengan kearifan budaya lokal, kampung tematik yang unik, hingga wisata kulinernya yang juga wajib untuk dicoba.
Namun jika kamu berlibur ke sebuah kota, tentunya tidak lupa untuk mencari oleh-oleh dong? Selain Republik Telo, Malang juga punya tempat oleh-oleh yang nggak kalah menarik lo, namanya adalah Kampung Sanan. Lalu, ada apa aja sih sebenarnya di kampung tersebut?
Kampung Sanan adalah sebuah perkampungan kecil di tengah kota yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berburu buah tangan khas Malang dengan berbagai olahan dari tempe. Tentu kamu sudah tidak asing lagi dengan makanan yang satu ini, pasalnya bagi warga Indonesia panganan yang terbuat dari campuran kedelai dan ragi ini harus wajib menemani di kala makan.
Awalnya kampung ini hanya memproduksi tempe sebagai lauk pauk seperti biasanya. Akan tetapi berkat inovasi yang mereka ciptakan, kampung tersebut sekarang sudah menjadi Sentra Industri Pengolahan Tempe di Kota Malang. Kampung ini memiliki kondisi kehidupan yang aktif dan seimbang antara kesejahteraan warganya dengan industri yang dimilikinya.
Pada mulanya sentral industri Kampung Sanan ini mulai dibentuk sekitar tahun 1970, akan tetapi pada saat itu masyarakat hanya menjual tempe yang biasa dijual dipasaran, yakni tempe yang belum diolah maupun tempe yang dijadikan lauk seperti biasanya.
Seiring berjalannya waktu, dari tahun ke tahun tempe yang dijual dipasar tidak lagi laku, warga Kampung Sanan akhirnya membuat beberapa inovasi dan kreasi dengan olahan berbahan tempe menjadi sebuah camilan keripik dengan kemasan keripik kekinian yang terkenal sampai sekarang.

Pemotongan Tempe untuk diolah menjadi keripik (Gambar diambil dari web Timesindonesia.co.id)
Di sebutkan dalam jurnal yang ditulis oleh Latifah dan Saparila, Industri Keripik dan Tempe yang ada di daerah Sanan Kota Malang sudah berdiri sejak lama yaitu sejak tahun 1950-an. Industri dengan sebutan Kampung Keripik dan Tempe Sanan ini telah berkembang menjadi industri makanan ringan yang cukup terkenal di kota Malang.
Sebagai daya tarik pengunjung, Kampung Keripik dan Tempe Sanan membuat berbagai produk olahan tempe seperti keripik tempe, yogurt, brownies tempe dan pia tempe. Namun dari berbagai macam olahan tersebut, yang paling banyak diminati oleh wisatawan adalah olahan keripik tempe. Seiring berjalannya waktu, olahan keripik tempe produksi Kampung Sanan terus berekembang pesat.
Laporan Kahfi Dirga Cahya kepada Kompas.com, menjelaskan nama “Sanan” berasal dari kata Sana (pohon Sonokeling). Sekitar tahun 1800-an, desa ini didiami pertama kali oleh Buyut Chabibah atau Buyut Kibah. Kebiasaan warga sekitar membuat tempe konon sudah dimulai sejak ratusan tahun lalu. Sebelum Buyut Kibah, Kampung Sanan sudah didiami oleh beberapa orang, namun tidak dalam jumlah besar. Penduduk itulah yang kemudian menjadi pengrajin tempe. Keberadaan tempe saat itu juga tak lepas dari kondisi ekonomi di bawah bayang-bayang pemerintahan kolonial Belanda. Tempe dianggap salah satu makanan rakyat.
Kampung yang memiliki penduduk sekitar 2000 kepala keluarga ini, sebanyak 95% mayoritas warganya berprofesi sebagai pengusaha pengelola tempe. Mulai dari tempe yang dibuat untuk lauk pauk, sampai tempe yang diolah menjadi makanan ataupun camilan yang beragam. Sampai saat ini berbagai macam olahan tersebut ada yang dijadikan camilan.
Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Taupan Muhammad H, menjelaskan bahwa pada industri keripik tempe di Kampung Sanan ini pegiat usaha atau pelaku UKM memperlihatkan suatu bentuk kerjasama dalam aktivitas usaha yang melibatkan pihak-pihak lain dalam proses kegiatan ekonomi mereka, yakni dengan hadirnya pekerja, rekan dan konsumen.
Pekerja dalam bidang ini ialah, salah satu komponen internal yang dimiliki oleh pelaku UKM yang berperan dalam membantu proses produksi keripik tempe. Sedangkan rekan dalam hal ini adalah pihak-pihak yang berada didalam maupun diluar Kampung Sanan yang bekerjasama secara langsung dengan pelaku UKM di Sanan.
Bermacam-macam varian rasa keripik tempe ada di kampung ini. Mulai dari original, keju, ayam, spageti, pizza, barbeque, jeruk purut, rumput laut, jagung bakar, pedas manis, dan juga rasa udang.
Tidak hanya menjual berbagai macam keripik tempe saja disini juga tersedia keripik buah-buahan. Seperti keripik salak, semangka, apel, nangka, singkong, pisang dan masih banyak yang lainnya.
Harga yang dibandrol pun cukup beragam mulai dari Rp 4 ribu sampai Rp 25 ribu, itu semua tergantung dari ukuran kemasan yang dibeli.

Salah satu keripik tempe yang sudah dikemas (Gambar diambil dari web Pinterest.com)
Seiring berkembangnya zaman dan teknologi yang semakin maju, membuat beberapa pengusaha tempe di Sanan mengembangkan jualannya melalui sosial media serta juga melalui online shop. Itu semua dilakukan agar tidak terkena dampak dari musiman, yaitu pada saat sepi atau juga ramai pengunjung pada hari hari tertentu.
Tak cukup itu saja, sekarang kripik tempe sanan juga menerima delivery order lo Ker. Jadi apabila kamu ingin ngemil tapi mager datang ke toko, kamu bisa membelinya melalui media online. Oh ya, layanan delivery order ini hanya melayani di wilayah Malang Kota dan Batu saja Ker. Seperti di tempat penginapan, stasiun, dan bandara.
Untuk kamu yang ingin berkunjung dan membeli oleh-oleh di kampung ini langsung saja datang ke Jalan Sanan Gg. III No.129, Purwantoro, Kec. Blimbing, Kota Malang. Disana kamu akan banyak menjumpai pusat oleh-oleh yang menjual berbagai olahan tempe.
Namun cukup disayangkan karena adanya pandemi yang melanda Indonesia, penjualan keripik tempe beranjak menurun. Hal tersebut dikarenakan adanya penutupan tempat wisata dan juga pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan oleh pemerintah Malang.
Dikutip dari Timesindonesia.co.id, sebelum pandemi, jumlah penjualan bisa mencapai 300 bungkus per hari. Namun saat ini, penjualan merosot drastis. “Pemakaian kedelai di kampung ini sebelum pandemi bisa mencapai 30 hingga 40 ton per hari, tapi saat ini sudah berkurang banyak,” kata Ketua Paguyuban Sentra Keripik dan Tempe Sanan Malang, Arif Sofyan Hadi.
Jadi bagaimana Ker, penasaran nggak sama jajanan berbahan dasar tempe ini? Untuk kamu yang penasaran dapat membelinya langsung di Kampung Sanan sambil melihat proses pengolahan keripik tempe khas Malang ini secara langsung. Kamu juga dapat melakukan pemesanan melalui toko online demi menghindari keramaian selama pandemi masih berlangsung. (Fiq)
Penulis: Moh. Fiqih Aldy Maulidan
Editor: Rofidah Noor