Jelajah Waktu di Museum Malang Tempo Doeloe

Miniatur Penjara Belanda di Masa Pendudukan Jepang (Gambar diambil dari web Wisatalengkap.com)

DIORAMALANG.COM, 9 AGUSTUS 2020 – Setiap daerah di Indonesia pasti memiliki museum yang  wajib untuk dikunjungi. Sama halnya dengan Malang, kota ini juga memiliki beberapa museum yang sangat menarik dan punya sejumlah koleksi yang unik. Seperti Museum Mpu Purwa, Recycle Museum Hotbottles, Museum Kesehatan Jiwa dan masih banyak yang lainnya.

Setiap museum memiliki ciri serta konsep yang berbeda-beda lo Ker. Namun kali ini Dioramalang akan mengajak kamu ke salah satu Museum yang tak kalah menarik untuk dikunjungi, yaitu Museum Malang Tempo Doeloe.

Dalam sebuah Jurnal Seni Rupa Warna yang ditulis oleh Indah Tjahtawulan dan Adityayoga dijelaskan bahwa menurut International Council of Museum (dalam Pedoman Museum Indonesia, 2008), museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan serta memamerkan artefak-artefak sesuatu (perihal) jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan serta rekreasi.

Untuk warga asli Malang mungkin museum itu sudah tidak asing lagi bagi mereka. Walaupun nama yang dimiliki museum tersebut mengusung nuansa tempo dulu, tetapi di museum ini sangat jauh dari kata kuno.

Museum ini memiliki suasana yang fresh dan modern, hal itu dikarenakan berkat konsep yang diusungnya yaitu “New Concept Modern Live Museum”  atau dikatakan museum yang menggunakan konsep modern.

Konsep tersebut diperkuat dengan tulisan dalam jurnal  oleh Sandra dan Sumarti, bahwa tema yang diusung museum ini adalah kesejarahan wilayah Malang. Konsep yang dibuat pada museum ini adalah modern live. Konsep ini diambil untuk menimbulkan kesan ramah dan nyaman bagi pengunjung dan terhindar dari kesan menyeramkan. Museum Malang Tempo Doeloe memang memiliki filosofi sejarah yang sangat begitu penting bagi negara kita, pasalnya di museum ini banyak sekali koleksi yang menampilkan akan sejarah bangsa Indonesia.

Namun sebelum menjadi sebuah museum yang besar seperti saat ini, ada perjuangan yang harus dilewati oleh seseorang untuk membangun tempat perlindungan benda peninggalan tersebut. Orang tersebut ialah Dwi Cahyono, bagi warga Malang namanya mungkin tidak asing didengar.

Dwi Cahyono, Pemilik Museum Malang Tempoe Doeloe (Gambr diambil dari web Travel.tempo.co)

Ia adalah pendiri dari Museum Malang Tempo Doeloe yang juga merupakan pemilik Yayasan dan restoran Inggil yang sekaligus menjadi Ketua Dewan Kesenian Kota Malang.

Tidak hanya itu, dia juga penggagas festival tahunan yaitu Malang Tempo Doeloe atau yang biasa disingkat dengan MTD. Festival tersebut biasa digelar setelah hari jadi Kota Malang, dan menjadi daya tarik wisatawan untuk ikut memeriahkannya.

Sebelum menjadi museum seperti sekarang ini ada segelintir perjuangan Dwi Cahyono dalam membangun museum ini. Senada dengan informasi dari Rajatourmalang.com, dimana Dwi memulai dengan penyelamatan 72 arca yang tercecer di Kota Malang mulai 1996. Arca-arca ini berumur 500 sampai 600 tahun. Pada 1997, ia merancang museum Malang 1.000 tahun akan tetapi gagal juga. Lalu, pada 1999 dan 2011, dijalin kerja sama dengan Pusat Perbelanjaan Sarinah. Sempat dibuat 18 ruang, tapi gagal lagi.

Atas seizin pemerintah daerah setempat selaku pemilik, pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang itu merenovasi sebuah rumah kuno seluas 1.000 meter persegi, yang lama terbengkalai, menjadi museum dengan 20 ruang yang berbeda.

Beberapa Koleksi Topeng Malangan di Sudut Museum (Gambar diambil dari web Pegipegi.com)

Kemudian pada tanggal 22 Oktober 2012 museum ini dibuka untuk umum. Museum ini juga telah mendapat penghargaan dalam acara Penganugerahan Pelestari Cagar Budaya dan Permuseuman  yang berlangsung di Jakarta pada tahun 2019.

Di Museum Malang Tempo Doeloe, pengunjung akan diajak seolah menjelajahi waktu dengan memahami sejarah Kota Malang dari sejak jaman prasejarah hingga zaman kemerdekaan. Uniknya, koleksi museum dikategorikan berdasarkan periode waktu yang disesuaikan dengan urutan sejarah Kota Malang.

  • Pada periode pertama, adalah zaman purbakala yang ada sekitar 600 tahun yang lalu. Di sini kamu bisa melihat banyak sekali benda-benda purbakala yang dulu digunakan oleh manusia purba untuk bertahan hidup. Selain itu terdapat juga tanduk kerbau purba, fosil, dan arca.

    Di periode ini pengunjung juga bisa merasakan suasana kerajaan-kerajaan yang dahulu pernah menduduki Kota Malang, seperti Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari dan Kerajaan Kanjuruhan. Selain itu di sini juga terdapat ilustrasi pertapaan Ken Arok salah satu Raja Singasari.
  • Periode kedua adalah zaman perkembangan. Di sini akan terlihat berbagai kerajinan, seperti kerajinan tembikar dan kerajinan besi. Pada bagian ini pengunjung akan diperlihatkan juga alat-alat untuk membuat keris. Selain itu di museum ini terdapat ruang kaleidoskop, yakni ruangan untuk menghadirkan film dokumenter agar pengunjung bisa mengetahui sejarah Malang lebih jauh.
  • Sedang pada periode ketiga, pengunjung harus naik ke lantai 2. Di tempat ini terasa seakan masuk pada zaman revolusi. Ada berbagai foto walikota Malang yang pernah menjabat sejak jaman Belanda sampai sekarang.

    Selain itu di sini terdapat ruang yang menggambarkan pendudukan bangsa Jepang di Indonesia, suasananya dibuat khas Jepang. Pada zaman ini bangsa Indonesia sedang berjuang untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan.

    Selain itu ada diorama penjara besi, majalah dan koran-koran asli bangsa Jepang yang dahulu pernah terbit di Kota Malang. Ada pula patung Ir. Soekarno dan ilustrasi suasana rapat KNIP yang saat itu diketuai oleh Bapak Moh. Hatta.
  • Periode yang terakhir yaitu bagian yang menggambarkan kondisi Kota Malang di zaman sekarang. Walaupun agak kuno pengunjung bisa mendapatkan gambaran tentang perkembangan Kota Malang sampai saat ini.

Seperti yang telah diketahui museum ini sangat cocok sekali untuk berlibur sekaligus belajar bagi semua kalangan. Mulai dari orang dewasa sampai dengan siswa SD dapat belajar di sini. Seperti yang dikabarkan oleh Liputan6.com, Rafly Abdullah, siswa kelas III SDN Lowokwaru Kota Malang, Jawa Timur, terlihat asyik membuat gerabah.

Bersama kawan-kawannya, tanah liat dibentuk berbagai model gerabah. Di sudut yang lain, kawan-kawannya memilih membaca silsilah keturunan pendiri Kerajaan Singhasari. Semua aktivitas itu dilakoninya di Museum Malang Tempo Doeloe. “Menyenangkan, pertama kali ini saya membuat gerabah. Di tempat ini juga banyak benda yang tidak pernah saya jumpai sebelumnya,” kata Rafly.

Museum Malang Tempo Doeloe berlokasi di Jalan Gajah Mada No. 2, Kiduldalem, Klojen, Malang. Lokasi tepatnya ada di belakang balai Kota Malang. Untuk menikmati museum ini kamu hanya perlu membeli tiket masuk yang dibandrol dengan harga yang variatif Ker. Yaitu  mulai dari  Rp 10 ribu untuk pelajar, Rp 15 ribu untuk warga Malang, dan Rp 25 ribu untuk warga umum. Operasional museum ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.

Untuk kamu yang suka mengabadikan momen rasanya tak perlu khawatir, karena Museum Malang Tempo Doeloe punya banyak spot keren yang bisa dipakai untuk berfoto.

Koleksi Kamera Jaman Dulu yang Ada di Museum (Gambar diambil dari web Rajatourmalang.com)

Meskipun barang-barang yang dipamerkan berupa barang kuno, namun museum ini tetap memiliki konsep yang kekinian dan modern sehingga membuat suasana di museum ini tidak membosankan. Jadi masih bingung mau liburan kemana? Museum Malang Tempo Doeloe ini bisa jadi referensi liburan buatmu jika berkunjung ke Malang nih Ker! (Fiq)

Penulis: Moh. Fiqih Aldy Maulidan

Editor: Rofidah Noor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *