Petik Kopi Robusta Di Kuburan Belanda

Salah Satu Pohon Kopi DI TPU Nasrani Sukun Malang (Gambar diambil dari web Satukanal.com)
DIORAMALANG.COM, 24 JULI 2020 – Jika tempat pemakaman berubah mejadi lokasi wisata religi, sepertinya sudah menjadi hal yang biasa ditemui. Tapi pernahkah kamu mendengar sebuah kuburan menjadi tempat wisata petik kopi? Meski terdengar tidak biasa, tapi tempat ini benar-benar ada lo. Lokasinya berada di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nasrani yang berlokasi di Jl. S. Supriadi, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Bagi warga sekitar, kuburan ini sering disebut sebagai kuburan Londo (Belanda). Dikarenakan TPU Nasrani Sukun, mayoritas jenazah yang dimakamkan adalah orang-orang orang-orang Nasrani. Baik itu para tentara Kerajaan Belanda, pengajar, anggota Freemasoon (organisasi untuk menguasai dunia) dan lain sebagainya.
Bagi warga Malang, TPU Nasrani Sukun terkadang sering disebut sebagai Europese Begraafplaats Soekoen te Malang yang memiliki arti kuburan orang-orang Eropa di Malang. Sejarah tersebut juga didukung berdasarkan laporan dari Zainul Arifin kepada Terakota.id, dimana TPU Nasrani Sukun yang memiliki area seluas 12 hektar ini, ternyata sudah ada sejak periode 1919-1920 atau lebih tepatnya pada saat Bouwplan III (rencana perluasan Kota Praja Malang).
Sebelum TPU Nasrani Sukun dimanfaatkan sebagai perkebunan kopi, TPU Nasrani Sukun terlebih dahulu diresmikan sebagai salah satu cagar budaya di Kota Malang karena di TPU ini, terdapat banyak sekali jenazah orang-orang Belanda dan juga Eropa yang dianggap cukup berpengaruh pada masanya. Seperti Rob Van de Ven Renardel de Lavalette (Pendiri Lavalette), Letnan Georges Lodewijk Gouvels (Tentara KNIL), Th A.M Gout (Kontroles Surabaya-Bangil), Dolira Advonso Chavid (diyakini sebagai pendiri Dolly), Pieter A Allries (Arsitek Belanda) dan lain sebagainya.
Bahkan tidak hanya itu, meruju pada informasi dalam Akurat.co, data kematian para jenazah yang dimakamkan disini ternyata juga masih ada. Data ini tersimpan dalam bentuk sebuah buku kematian tahun 1922 yang masih tersimpan rapi meskipun keadaannya sudah terlihat usang, karena kisah sejarah yang tersimpan di TPU ini cukup banyak. Inilah yang membuat Ida Ayu Made W selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang saat itu, akhirnya mendaftarkan TPU Nasrani Sukun sebagai salah satu cagar budaya yang ada di Malang.
Menilik laporan dari Zainul Arifin kepada Liputan6.com, setelah resmi menjadi kawasan cagar budaya, TPU Nasrani akhirnya mulai ditanami tumbuhan kopi dengan jumlah yang cukup besar. Pohon kopi mulai ditanam diarea makam pada tahun 2017, dengan jumlah saat itu yakni 700 bibit pohon kopi. Lalu pada tahun-tahun berikutnya jumlah bibit kopi yang ditanam ditingkatkan lagi secara bertahap, hingga akhirnya mencapai total 5 ribu tanaman kopi.
Bibit kopi yang ditanam diarea makam, semuanya mereka beli dari Desa Peniwen sebuah desa yang terletak di lereng Gunung Kawi. Uang yang mereka pakai untuk membeli bibit kopi mereka dapat dari hasil swadaya, yaitu dengan cara patungan antara pengenlola TPU dan para komunitas jasa penggali kubur di TPU Nasrani Sukun, Malang.
Di sisi lain, informasi dari Tagar.id, menerangkan jika bibit kopi yang ditanam disini ternyata hanya jenis robusta saja. Hal tersebut dikarenakan setelah melakukan analisis serta meminta saran dari para akademisi di bidang pertanian ternyata jenis pohon kopi yang cocok di TPU Nasrani Sukun ternyata hanyalah jenis kopi robusta saja. Karena karakteristik pohon kopi ini tidak begitu besar dan akarnya sangat kecil, bahkan panjang dari akar pohon kopi robusta diperkirakan hanya sampai satu atau dua meter saja.
Maka dari itu tidak perlu khawatir bila akar pohon kopi robusta akan merusak area makam. Selain itu, berdasarkan Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian milik M.Syakir dan E. Surmaini, spesies kopi robusta di Asia ternyata sudah hampir punah, karena disebabkan oleh penyakit karat daun (Hemilea vastatrix) sehingga hanya mampu tumbuh di daerah tertentu saja. Jadi penanaman kopi robusta di TPU ini, bisa dikatakan juga sebagai salah satu gerakan dalam pelestarian tanaman kopi.
Untuk kamu yang ingin datang berkunjung, lokasinya berada di Jl. S Supriadi No. 38, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Harga tiketnya juga murah lo, yakni hanya Rp 100 ribu saja untuk 30 orang. Selain itu, kamu juga akan dapat 2 bungkus kopi yang bisa kamu bawa pulang sebagai oleh-oleh.
Tapi disarankan untuk tidak berlebihan meminum kopi ya Ker, karena menurut Irma Zarwinda dan Dewi Sartika dalam Jurnal Lantanida menjelaskan bawah mengkonsumsi kafein dalam jumlah besar dan berlebihan, dapat menyebabkan tubuh mengalami semacam ketagihan atau kecanduan. Mengkonsumsi kafein disarankan hanya 100 mg saja per hari, karena bila lebih dari itu seseorang akan mengalami gejala seperti lelah, perasaan terganggu, dan sakit kepala secara tiba-tiba kalau kamu mencoba berhenti mengkonsumsi kafein.
Meski berada di daerah pemakaman dengan batu nisan sebagai pemandangan, namun memetik kopi disini dijamin akan menyenangkan. Karena selama dalam perjalanan kamu akan disuguhkan dengan kisah sejarah, yang membuat wawasanmu bertambah. (Syz)
Penulis: Syaifudin Zuhri
Editor: Shofiyatul Izza W