Substansi Adanya Tempat Wisata Edukasi

Museum Kesehatan Jiwa Malang yang menjadi salah satu wisata edukasi (Gambar diambil dari web Travelingyuk.com)

DIORAMALANG.COM, 4 JUNI 2020 – Banyaknya destinasi wisata edukasi di Malang, tidak hanya menyuguhkan tempat untuk selfie melainkan juga memberikan pembelajaran sebagai bentuk dedikasi agar sejarah dan budaya tetap lestari. Sebagai salah satu daerah dengan destinasi wisata edukasi yang cukup banyak, membuat Malang menjadi tujuan para wisatawan dalam mengisi liburannya. Mulai dari museum, taman hingga bahkan kawasan kampung yang disulap menjadi destinasi wisata. Suatu tempat wisata dikatakan sebagai wisata edukasi jika didalamnya terdapat pembelajaran atau pendidikan untuk mengembangkan potensi peluasan pengetahuan.

Adanya wisata edukasi tidak hanya sekedar sebagai jujukan ketika ingin berwisata, melainkan juga sebagai bentuk membangun ciri khas atau bahkan mempertahankan sebuah sejarah dan budaya. Nilai edukasi tentu menjadi daya tarik tambah bagi para pengunjung karena tidak hanya disajikan dengan sajian yang unik akan tetapi juga dengan pembekalan pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara garis besar, destinasi wisata edukasi merupakan sebuah tempat yang digunakan sebagai tempat hiburan dengan memiliki manfaat terhadap wawasan.

Selain menyajikan hiburan yang edukatif, adanya tempat wisata edukasi juga memiliki beberapa peran. Mulai dari peran terhadap pendidikan sejarah dan budaya, perubahan sosial,  serta pemberdayaan masyarakat. Dari segi pendidikan sejarah dan budaya, tempat wisata edukasi memberikan pengenalan dan pembelajaran baik yang belum diketahui atau juga memperdalam pengetauhan.

Sebagai contoh salah satu pendidikan sejarah dan budaya dalam wisata edukasi terdapat pada Museum Musik Indonesia. Moch. Nurfahul Lukmanul Khakim menjelaskan dalam Jurnal Pendidikan Sejarah, bahwa Museum Musik Indonesia dapat dijadikan sebagai wisata edukasi bagi masyarakat Malang untuk mengenal sejarah musik di Indonesia.

Kemudian dari segi perubahan sosial dimana terdapat perubahan-perubahan yang terjadi seperti nilai dan sikap sosial yang umumnya terjadi pada kampung wisata. Salah satu adalah kampung Jodipan yang dulu terkenal dengan kampung yang sangat kumuh dan kini telah menjadi kampung wisata yang asri.

Gendis Vianda Oktavianti dalam penelitiannya di Kampung Jodipan Malang, menjelaskan bahwa awalnya warga yang terbiasa membuang sampah di sungai dan acuh terhadap kebersihan kini kebiasaan buruk itu ditinggalkan.

Lalu yang terakhir, adanya tempat wisata edukasi tentu saja berperan dalam pemberdayaan masyarakat khususnya dalam perekonomian. Potensi akan datangnya para pengunjung, membuat masyarakat bisa membuka lahan usaha seperti berjualan baik menjual barang ataupun menjual jasa.

Najmah Zahiroh, dkk dalam Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu upaya untuk memberdayakan masyarakat karena ketidakmampuannya untuk mengubah tatanan hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.

Semua peran tempat wisata edukasi juga dipengaruhi oleh isi yang ada didalamnya. Dalam artian, jika hanya terdapat sedikit nilai edukasi maka peran yang diberikan pun juga sedikit dirasakan. Bahkan tidak menutup kemungkinan jika tempat wisata edukasi lebih mementingkan aspek lain dibanding mengedepankan aspek edukasi seperti pembangunan spot foto yang bersebrangan dengan nilai-nilai edukasi yang ada di dalamnya.

Tentu saja hal tersebut mengundang ketertarikan para pengunjung, namun pengunjung tidak akan mendapatkan pembelajaran di tempat wisata edukasi. Maka perlu juga pengembangan yang seimbang sehingga pengunjung banyak yang berdatangan tanpa melewatkan pembelejaran guna menambah wawasan serta melestarikan sejarah dan budaya.

Tentu pengembangan tempat wisata edukasi merupakan hal yang sangat penting. Disamping untuk lebih menarik minat para pengunjung, juga sebagai perlawanan terhadap sejarah dan budaya yang mulai tergeser oleh intervensi budaya asing. Adanya pengembangan tempat wisata edukasi juga disebabkan oleh beberapa faktor. Mulai dari faktor lingkungan, faktor kesejahteraan hingga faktor strategi pemasaran.

Tentu pengembangan tempat wisata edukasi merupakan hal yang sangat penting. Disamping untuk lebih menarik minat para pengunjung, juga sebagai perlawanan terhadap sejarah dan budaya yang mulai tergeser oleh intervensi budaya asing. Adanya pengembangan tempat wisata edukasi juga disebabkan oleh beberapa faktor. Mulai dari faktor lingkungan, faktor kesejahteraan hingga faktor strategi pemasaran.

Sedangkan pengaruh faktor kesejahteraan bertujuan untuk meningkatkan sosio-ekonomi masyarakat dimana masyarakat yang tergolong kurang mampu, bisa memanfaatkan akan datangnya pengunjung dengan membuka lahan usaha. Sebagai contoh seperti penambahan lahan untuk berjualan makanan ringan dan minuman, menawarkan jasa foto bagi para pengunjung hingga menjual jasa penjagaan kendaraan atau barang bawaan.

Kemudian faktor strategi pemasaran bertujuan untuk meningkatkan jangkauan pengenalan tempat wisata edukasi. Secara tidak langsung, dengan jangkauan yang luas tentu tempat wisata edukasi harus memiliki kawasan yang luas pula. Hal tersebut dikarenakan untuk mengantisipasi akan datangnya banyak pengunjung sehingga para pengunjung tidak akan merasa risih meskipun dalam keadaan ramai.

Maka sudah jelas, bahwa adanya tempat wisata edukasi semata-mata tidak hanya sebagai bahan hiburan melainkan juga bahan pembelajaran. Perlunya peran masyarakat baik pengunjung ataupun pengelola juga mempengaruhi akan tempat wisata edukasi. Jika satu sama lain tidak bersinergi dengan kesadaran diri masing-masing, maka juga tidak akan tercipta wisata edukasi tersebut.

Perlunya sikap menghargai sejarah dan budaya adalah sebagai bentuk pelestarian agar goresan masa lalu dan kebiasaan positif yang menjadi ciri khas tidak hilang tergantikan.

Tempat wisata edukasi juga harus memiliki pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan apa yang disajikan agar sejarah dan budaya tidak tercampur oleh hal-hal lain yang bisa mengubah aktualitas sejarah dan budaya itu sendiri.

Ditambah lagi, pengembangan tempat wisata edukasi juga seharusnya tetap mengedepankan nilai edukasi yang bersubstansi. Artinya, tidak hanya memberikan gambaran sejarah dan budaya secara umum namun bisa menjelaskan lebih mendalam agar pengunjung bisa memperoleh wawasan lebih luas. (Awp)

Penulis: Alvien Wardhana Poernomo

Editor: Rofidah Noor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.