Merawat Ingatan Pada Bangunan di Masa Penjajahan

Salah Satu Sisi Dari Alun-Alun Malang Pada Masa Lalu (Gambar diambil dari web antoniuscp)
DIORAMALANG.COM, 23 MEI 2020 – “Jangan sekali-kali melupakan Sejarah”, itulah kata-kata semboyan yang diucapkan oleh presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno. Semboyan yang sering disingkat dengan kata JASMERAH ini tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita semua. Semboyan tersebut menjadi istilah yang memotivasi bagi kita agar tetap mengingat serta tidak meninggalkan sejarah di masa lalu. Hal itu berkaitan dengan pembahasan kita kali ini Ker, kita akan mengajak kamu untuk bernostalgia pada bangunan-bangunan peninggalan yang ada di Malang. Peninggalan tersebut berada di beberapa kawasan yang sudah ada sejak zaman penjajahan.
Sama halnya dengan kota-kota yang ada di Indonesia lainnya, Malang tumbuh dan berkembang setelah masuknya pemerintahan kolonial Belanda. Dahulu fasilitas umum disediakan secara lengkap agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda pada saat itu. Jejak diskriminatif itu masih membekas di ingatan sampai sekarang.
Sebagai contoh pada kawasan Ijen Boulevard, pada saat itu kawasan tersebut hanya diperuntukkan bagi keluarga Belanda dan Eropa saja. Sementara itu pribumi dibedakan, mereka bertempat tinggal di kawasan pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang mencukupi.
Di sisi lain, sejarah Kota Malang tak bisa dilepaskan dari warisan keindahan alamnya serta dari bangunan arsitekturalnya, terutama pada bangunan peninggalan masa kolonial. Malang sebagai salah satu kota terbesar di Jawa Timur mempunyai riwayat sejarah yang cukup panjang sejak era zaman kerajaan Singosari hingga era penjajahan Belanda. Hal itu semua masih terekam lewat keberadaan bangunan-bangunan peninggalan yang menjadi saksi bisu dari histori kota ini.
Berikut kami telah merangkum beberapa bangunan peninggalan di Malang yang tetap kokoh dan masih terjaga sampai saat ini :
- Sekolah Cor Jesu
Sekolah Katolik Cor Jesu Malang adalah Sekolah Menengah Atas Katolik yang berlokasi di Jalan Jaksa Agung Suprapto 55 (dulu dikenal Jalan Celaket) ini dibangun oleh para biarawati Ursulin pada tanggal 15 Juli 1951. Sejak awal, bangunan tersebut memang digunakan untuk sekolah, namun tidak seperti sekolah SMA yang ada pada saat ini. Pada 8 Februari 1900, Mgr. Staal ingin mendirikan biara dan sekolah, selanjutnya ia membeli tanah di Jalan Celaket. Saat 3 Maret 1900 tanah tersebut dibangun, lalu pada 1930 secara resmi digunakan sebagai sekolah pendidikan guru dengan nama SPG Santo Agustinus. Namun di masa pendudukan Jepang, sekolah ini diambil alih untuk keperluan Jepang.

Sekolah Cor jesu pada tahun 1945 yang digunakan sebagai markas sementara sekolah militer Divisi VII Suropati (Gambar diambil dari web memorisejarahkotamalang)
Kemudian pada November 1945, sekolah ini beralih fungsi menjadi markas sementara sekolah militer divisi VII Suropati. Kejadian naas terjadi pada saat Agresi Militer I pada 30 Juli 1947, sekolah ini dibakar oleh Belanda. Lalu pada 15 Juli 1951 sekolah ini dibangun kembali dan dijadikan SMA Cor jesu pada 1955. Nama Cor Jesu sendiri memiliki arti Hati Kudus Yesus. Mulanya sekolah Cor Jesu hanya menerima siswa putri Bagian A (Bahasa) dan Bagian B (Ilmu Pasti). Sekolah ini memiliki ciri khas pada bangunan arsitektur kolonialnya yang masih terawat sampai sekarang.
- Kantor Telkom Kayutangan
Kantor Telkom yang berada di Kayutangan itu dibangun pada 8 Juli 1909 oleh BOW (Burgelijke Openbare Werken). Awalnya, bangunan ini digunakan sebagai kantor pos, telegram, dan telepon. Pada saat itu sambungan telepon masih dikelola oleh pihak swasta, dan pada tahun 1917 diserahkan ke pihak Kotapraja dengan jumlah sambungan yang sebelumnya 275 menjadi 1000 sambungan dengan mayoritas pemakainya yaitu orang Eropa.

Saat Agresi Militer I, bangunan ini turut dibakar oleh pejuang Malang yang akhirnya hanya menyisakan tembok depannya saja. Lalu setelah masa perang berakhir, bangunan ini dibangun serta direnovasi kembali sebelum akhirnya menjadi bangunan Telkom. Namun sejak 2014 bangunan ini digantikan oleh Digital Innovation Lounge (Dilo) yang pemiliknya pun tetap sama dari PT. Telkom Indonesia. Dilo menjadi tempat bagi para digital preneur di Malang. Karena seiring banyaknya para pemilik startup muda, Dilo menjadi tempat para digital preneur muda berkembang,
- RSU Lavalette
RSU Lavalette merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang terletak di Jalan WR.Supratman No. 10, Malang. Saat itu RSU Lavalette dibangun pada tanggal 9 Desember 1918. Sebelumnya RSU ini adalah sebuah klinik kesehatan milik pemerintah Hindia-Belanda yang memiliki nama ‘Lavalette Kliniek’.
Namun pada tahun 1961 berkat ide pengusaha perkebunan besar yang tergabung dalam Yayasan ‘Stichting Malangsche Zieken-verpleging’ klinik ini diganti menjadi Rumah Sakit Lavalette hingga sekarang. Nama Lavalette sendiri diambil dari nama pemilik saham terbesar dari rumah sakit pada saat itu. Beliau adalah G. Chr. Renardel de Lavalette, ia sekaligus menjabat sebagai ketua yayasan yang sangat berjasa dalam pendanaan pembangunan rumah sakit.

Klinik Lavallete sebelum menjadi Rumah Sakit Lavallete (Gambar diambil dari blog malang77)
- Hotel Pelangi
Hotel Pelangi merupakan salah satu hotel tertua di Malang yang memiliki nuansa kolonial Belanda. Sebelum muncul dengan bangunan yang seperti sekarang dan meneruskan Hotel Palace, di tanah tersebut dulunya sempat dibangun sebuah hotel pada tahun 1860.
Hotel itu bernama Lapidoth, hotel tersebut kemudian mengalami pergantian nama menjadi hotel Malang pada tahun 1870. Lalu di tahun 1900 nama hotel ini berubah lagi menjadi hotel Jensen. Pada akhirnya setelah pemiliknya meninggal, hotel ini kemudian dijual dan dihancurkan.
Selanjutnya awal mula hotel ini dibangun kembali yaitu pada tahun 1915 sebagai Hotel Palace. Akan tetapi ketika Jepang datang pada tahun 1925, namanya berubah menjadi Hotel Asoma. Kemudian kembali lagi menggunakan nama Hotel Palace pada tahun 1945. Pada saat Agresi Militer I, hotel ini dijadikan tempat pemerintahan kota Malang sementara.

Hotel Pallace sebelum menjadi Hotel Pelangi (Gambar diambil dari web hotelpelangimalang)
Nama Hotel Pelangi sendiri mulai digunakan pada tahun 1953 ketika hotel tersebut dibeli oleh seorang kontraktor asal Banjarmasin yang bernama H. Sjachran Hoesin. Keaslian bangunan hotel masih terjaga sampai saat ini, mulai dari bentuk lantai, plafon, serta dindingnya yang masih bergaya kuno.
Hotel Pelangi berada di lokasi yang sangat strategis dari pusat kota. Tepatnya di Jalan Merdeka Selatan No.3, dekat dengan Alun-alun Malang. Hotel tersebut sangat menarik perhatian wisatawan yang ingin menikmati suasana jantung kota sembari mengagumi arsitektur bangunan yang klasik.
Peninggalan-peninggalan bangunan pada masa sejarah di seluruh Indonesia khususnya di Malang harus dijaga. Karena itu semua merupakan salah satu jejak atau identitas bangsa yang perlu diselamatkan di masa mendatang agar generasi penerus bangsa dapat mengenal dan mempelajari sejarah bangsanya.
Dikutip dari solopos.com “Untuk menguatkan sekaligus mengukuhkan Kota Malang sebagai kota wisata heritage (warisan budaya). Tidak menutup kemungkinan Kota Malang menjadi kota wisata dengan warisan budaya yang besar dengan ditunjang bangunan-bangunan kuno yang masih kokoh dan utuh di kota ini,” kata Sutiaji selaku Wali Kota Malang.
Dengan adanya bangunan-bangunan peninggalan yang sudah di jelaskan di atas, tentunya kita sebagai penerus harus bisa menjaga dan melestarikan peninggalan-peninggalan itu untuk mewujudkan Kota Malang sebagai Kota Heritage. Jangan sampai bangunan-bangunan peninggalan tersebut dilupakan apalagi terbengkalai. (Fiq)
Penulis: Moh. Fiqih Aldy Maulidan
Editor: Rofidah Noor
Jadi masih banyak ya peninggalan bersejarah yang sampai saat ini masih ada di kota malang.