Makanan Legendaris Masyarakat Malang yang Masih Eksis

Ronde Titoni, salah satu sang legendaris kuliner Malang (gambar diambil dari web wawayasaruna)

DIORAMALANG.COM, 15 APRIL 2020 – Malang terkenal dengan suasana malam hari yang dihiasi dengan berbagai kuliner. Bahkan, terdapat salah satu makanan yang legendaris. Penasaran ? Kuy ker kita cari tahu. Kuliner tersebut ialah Ronde Titoni. Bagi kamu warga Malang pasti sudah tidak asing dengan kuliner yang melegenda ini. Ronde Titoni sudah berdiri sejak tahun 1948, bila dihitung hingga sekarang usianya kira-kira telah menginjak 72 tahun. Ronde ini sudah dicintai oleh masyarakat Malang sejak zaman kemerdekaan. Tidak hanya itu, berkat cita rasanya yang khas, Ronde Titoni mampu mempertahankan eksistensinya hingga kini.

Awal mula, ronde ini hadir di Malang berkat usaha almarhum Abdul Hadi yang dulunya menjual ronde berkeliling dengan cara dipikul. Abdul Hadi kala itu sering menjajakan dagangannya di sekitar wilayah Malang Kota. Jalur yang dulu sering dilewatinya yaitu Pasar Besar – Pecinan – Kudusan, dan Tolaram (sekarang menjadi Toko Altara). Akan tetapi Abdul Hadi lebih sering berhenti dan menjual dagangannya di depan Toko Arloji Titoni, dari toko tersebutlah awal mula ronde ini dinamakan ronde titoni dan melekat sampai sekarang.

Hingga pada akhirnya Sugeng anak dari Abdul Hadi membantu usahanya. Sugeng mengubah sistem berjualan milik ayahnya, yang mulanya dipikul menjadi menggunakan gerobak dorong. Hal ini tentunya meringankan beban Abdul Hadi yang semula sering memikul dagangan di pundaknya.

Seiring berjalannya waktu pada tahun 1985 Sugeng mulai memindahkan dagangan ronde tersebut ke depot yang terletak di Jalan Zainal Arifin No.17, Sukoharjo, Klojen, Malang hingga sekarang. Walaupun telah menempati lokasi yang berbeda, namun nama yang digunakan tetap sama. Dan kini depot Ronde Titoni beralih tangan dan dilanjutkan oleh Sugeng, anak dari Abdul Hadi.

Ada banyak varian ronde yang dihidangkan disini, diantaranya ada ronde kering, ronde basah, hingga ronde campur. Masing-masing varian pada ronde tersebut memiliki perbedaan yaitu pada ronde kering hanya ditaburkan bubuk kacang. Sedangkan dalam ronde basah ditaburi kacang tanah yang dipadukan dengan kuah jahe hangat, kemudian yang terakhir ronde campur yang di dalamnya ada perpaduan antara ronde kering dan kuah jahe hangat. Meskipun memiliki varian yang berbeda, dijamin Ronde Titoni ini bisa menggoyang lidah serta menghangatkan tubuh kamu.

Tidak hanya menjual ronde saja, disini juga menyediakan menu angsle. Isi dari angsle sendiri yaitu adalah kacang hijau, bubur mutiara, roti tawar, ketan, dan kuah santan yang hangat. Perpaduan yang ada di dalam angsle tersebut memberikan rasa yang gurih dan manis di mulut serta sensasi hangat dalam perut.

Selanjutnya ada menu kacang kuah, yaitu campuran antara kacang yang dipadukan dengan kuah jahe. Terakhir ada menu makanan ringan seperti roti goreng dan cakwe, kedua makanan tersebut sangat cocok menjadi makanan pendamping wedang ronde.

Manfaat yang bisa kamu dapatkan dari makanan ini diantaramya yaitu dapat mengembalikan stamina tubuh setelah beraktifitas seharian dan juga dapat menghangatkan tubuh. Maka dari itu, depot ini sengaja buka pada malam hari karena ronde memang sangat cocok dinikmati dengan kondisi Kota Malang yang dingin.

Kami juga menyarankan bagi kamu yang mau mencoba Ronde Titoni ini, jangan sampai berkunjung pada siang hari ya! Karena ketika siang hari depot ini beralih fungsinya yang mulanya menjual ronde menjadi berjualan soto madura.

Dan mengapa makanan legendaris ini masih eksis sampai sekarang? Hal itu dikarenakan karena cita rasa ronde yang disajikan masih tetap sama dari dulu hingga sekarang. Selain itu harga yang bersahabat juga menjadi faktor penting yang membuat Ronde Titoni ini bisa bertahan sampai sekarang. Banyak sekali pelanggan dari makanan legendaris ini, mulai dari warga lokal maupun mancanegara.

Dikutip dari idntimes.com banyak pelanggan yang berasal dari Asia hingga Eropa, hal ini dipaparkan oleh Sugeng pemilik depot tersebut “Kalau orang-orang Asia kayak Korea sama Cina itu sukanya ronde. Suka sekali mereka. Tapi kalau orang Eropa kayak Belanda sama Jerman gitu gak suka sama ronde. Sukanya angsle. Saya punya itu langganan orang Korea,” celotehnya. 

Bagi kalian yang ingin mencoba rasa ronde legendaris ini, kalian tidak perlu merogoh kocek yang cukup banyak karena harganya cukup bersahabat. Untuk satu porsi ronde kering cukup membayar Rp 12 ribu. sedangkan untuk ronde basah, ronde campur, angsle serta kacang kuah kalian cukup membayar Rp 10 ribu saja setiap porsinya. Untuk roti goreng dan cakwe harganya Rp 4 ribu saja per biji. Jam operasional Ronde Titoni ini mulai dari pukul 18.00 – 24.00 WIB.

Dadi yaopo ker? gak penasaran mencicipi kelezatan makanan legendaris ini,khususnya bagi kalian yang sedang berlibur ke Malang nggak afdol rasanya jika belum berkunjung ke Ronde Titoni. (Fiq)

Penulis: Moh. Fiqih Aldy Maulidan

Editor: Rofidah Noor

2 thoughts on “Makanan Legendaris Masyarakat Malang yang Masih Eksis

  1. – Perhatikan kalimat pertama, editor perlu lebih tegas ya..
    – panjang artikel 438, tolong ditulis sesuai dengan kesepakatan proposal ya..
    – uraikan daerah Titoni itu dimana, seperti apa..
    – jelaskan donk hubungan kuliner yang berkuah dengan kondisi geografis kota Malang, jangan hanya ulasan tentang rasa dan variasi menu aja..
    – tulisanmu masih standart, tidak ada pembeda dengan artikel lain..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *