Pasar Oro-oro Dowo Malang yang Istimewa

Gerbang Depan Pasar Oro-oro Dowo Malang (Gambar diambil dari web Ngalam.co)

DIORAMALANG.COM, 16 OKTOBER 2020 – Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat kerap datang ke pasar tradisional karena harga yang ditawarkan cenderung lebih murah dibandingkan dengan pasar modern yang sudah banyak menjamur di kota-kota. Di Malang sendiri masih banyak pasar tradisional yang bisa kamu temukan. Namun ada satu pasar istimewa yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, namanya adalah Pasar Oro-oro Dowo Malang.

Pasar yang satu ini menyimpan cerita sejarah yang panjang karena sudah berdiri sejak tahun 1920, sedangkan pembangunan kios baru rampung pada tahun 1932. Desas-desus mengatakan bahwa pasar ini menjadi tempat di mana tentara Belanda ditawan ketika penjajah Jepang datang dan berusaha menguasai Kota Malang.

Pasar ini kemudian mengalami renovasi pada tahun 1970 tanpa mengubah bangunan utamanya. Bukan hanya itu, Pasar Oro-oro Dowo ternyata kembali mengalami perubahan bangunan pada tahun 2015 yang menyebabkan ratusan pedagang harus direlokalisasi sementara.

Perubahan ini sekaligus menandai pasar sebagai pasar tradisional pertama di Kota Malang yang direvitalisasi Pemerintah Kota Malang dengan Kementrian Perdagangan Republik Indonesia melalui dana tugas pembantuan tahun 2015.

Seperti yang sudah kita ketahui pasar tradisional memegang fungsi penting sebagai penggerak ekonomi rakyat yang kemudian dapat menumbuhkan berbagai manfaat baik bagi rakyat yang berperan sebagai pedagang dan juga pembeli.

Seperti yang dinyatakan Triana Rosalia Noor dalam jurnalnya bahwa pasar dapat berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi di mana penjual dan pembeli saling bertemu, serta sebagai pusat kebudayaan.

Pusat kebudayaan yang dimaksud adalah menjadi tempat terjadinya interaksi antara warga sehingga terjadi pembauran dan pertukaran informasi. Jadi pasar tradisional bukan hanya sekedar ruang, akan tetapi sebagai lembaga sosial yang terbentuk karena proses interaksi sosial dan kebutuhan masyarakatnya.

Lewat pasar tradisional pula para petani bisa menyalurkan hasil pertaniannya langsung ke pasar tanpa melalui banyak tangan. Hal ini penting dilakukan supaya hasil pertanian dapat dijual dengan kualitas yang bagus tanpa harus menggunakan bahan-bahan atau zat kimia yang tak diperlukan sebagai pengawet.

Di tengah arus budaya yang mulai bergeser ke arah modern ini mungkin membuat beberapa orang bertanya bagaimana keadaan pasar tradisional saat ini. Hal tersebut dikarenakan selama ini pasar tradisional lebih identik dengan keadaan tempat yang kumuh, becek, dan jauh dari kata sehat. Sama sekali tidak relevan dengan gambaran pasar modern yang bersih dan terawat.

Ida Bagus Brata dalam jurnalnya yang berjudul “Pasar Tradisional di Tengah Arus Budaya Global” menyatakan bahwa di tengah perubahan arus budaya ini pasar tradisional mau tak mau harus mampu mengembangkan diri sejalan dengan orientasi perilaku konsumen.

Perilaku konsumen di sini dapat dilihat dari cara mereka membeli barang yang dipengaruhi dua hal, yaitu faktor eksternal yang mencakup kebudayaan, kelompok sosial, kelas sosial, dan keluarga, juga faktor internal yang memiliki keterkaitan dengan kepribadian atau karakteristik konsumen.

Namun karena masyarakat Indonesia masih dikenal sebagai masyarakat agraris yang masih sangat bergantung pada sektor pertanian, maka hal ini tidak akan membuat pasar tradisional tutup. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa eksistensinya akan mengalami sedikit kegoyahan karena keberadaan pasar modern.

Penerapan Protokol Kesehatan di Pasar Oro-oro Dowo Malang (Gambar diambil dari web Kanalsatu.com)

Melihat perubahan itu, Pasar Oro-oro Dowo mengevaluasi diri dan mengubah konsep pasar. Pengunjung yang datang ke pasar ini akan disambut dengan penataan kios yang berjajar rapi dan terbagi berdasarkan beberapa kelompok seperti lapak sayuran, daging, makanan, dan lain-lain.

Kondisi pasarnya juga dijamin akan membuat takjub beberapa orang karena tempatnya yang bersih dan punya segelintir fasilitas. Sebut saja televisi berlayar lebar yang dipajang di atas pintu masuk pasar. Hal ini tentu tak akan ditemukan di pasar tradisional lain bukan?

Selain itu ada pula ruang ibadah mushola, ruang menyusui, wastafel untuk cuci tangan, toilet, keamanan, kenyamanan, sirkulasi udara yang cukup, sampai troli atau keranjang dorong. Lebih hebatnya lagi sanitasi Pasar Oro-Oro Dowo dikelola dengan baik sehingga air limbah tidak menggenang dan menimbulkan aroma yang khas.

Lorong yang tersedia di Pasar Oro-oro Dowo cukup lebar, jadi pengunjung tidak perlu khawatir berdesakan saat berbelanja. Lantai pasar sudah menggunakan keramik yang bersih dan tidak becek. Di sini pengunjung tak akan menjumpai sampah yang berserakan karena sistem kebersihannya sudah dikelola dengan baik.

Aplikasi e-Pasar yang memudahkan penjual dan pembeli dalam pelaksanaan belanja online (Gambar diambil dari Google Store)

Di masa pandemi covid-19, pasar menyesuaikan diri dengan menerapkan protokol kesehatan supaya pasar tetap bisa beroperasi. Selain itu Pasar Oro-oro Dowo mulai mempraktikkan transaksi secara online dengan sistem e-Pasar yang diberlakukan oleh Kota Malang bersama dengan 26 pasar tradisional lainnya di Kota Malang.

E-Pasar dirancang agar mencegah terjadinya kerumunan orang di pasar selama pandemi berlangsung. Cara transaksinya terbilang mudah, pedagang hanya perlu mengunggah setiap item dagangannya di aplikasi dan memberikan harga. Konsumen tidak akan dibebani harga khusus saat membeli kebutuhan di e-Pasar ini. Namun para konsumen perlu membayar Rp 3 ribu untuk biaya kirim per dua kilo meter.

Gimana Ker? Tertarik untuk berbelanja di Pasar Oro-oro Dowo Malang? Kamu bisa datang langsung di tempat ini dengan tetap menerapkan protokol kesehatan atau dapat juga berbelanja melalui e-Pasar yang sudah tersedia di layanan aplikasi. (Rof)

Penulis: Rofidah Noor

Editor: Shofiyatul Izza W

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *