Kembangkan Kebudayaan Lewat Padepokan

Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun (Gambar diambil dari web GoodNewsFromIndonesia.id)

DIORAMALANG.COM, 28 SEPTEMBER 2020 – Sebuah padepokan biasanya memang identik dengan perguruan seni bela diri ya Ker, seperti dicontohkan dalam beberapa sinetron kolosal pada era tahun 90-an. Tapi siapa sangka Ker, di Kota Malang tepatnya di Dusun Kedungmonggo, Desa Karangpandan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang ada sebuah padepokan yang khusus melestarikan kebudayaan khas Malang yaitu Topeng Malangan. Padepokan ini bernama Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun dan tidak hanya itu, Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun ini dikatakan sebagai satu-satunya padepokan yang masih aktif dalam melestarikan kebudayaan khas Kota Malang.

Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun, saat ini dimiliki oleh Tri Handoyo, pria berusia 43 tahun ini, merupakan cucu dari seorang Maestro Topeng Malangan yaitu mbah Karimoen. Dengan mengemban tugas dari sang kakek yaitu mbah Karimoen yang merupakan seorang Maestro kesenian Kota Malang, dia selalu aktif tanpa lelah untuk berjuang melestarikan kebudayaan khas Kota Malang. Dalam Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun, terdapat banyak sekali aktivitas dan juga kegiatan yang berhubungan dengan kesenian khas Kota Malang Ker.

“Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun terus menyemangati anak muda untuk terus melestarikan budaya. Untuk itu kami memiliki berbagai program sebagai bentuk pelestarian budaya. Kami memiliki pelatihan tari untuk anak-anak dan dilakukan setiap hari, selanjutnya untuk pembuatan topeng, serta pelatihan musik sepekan dua kali. Dan kami melakukan pertunjukan sebulan sekali”, ujar Handoyo, pemilik padepokan yang dikutip dari Detikoto.com.

Tapi tidak hanya itu, laporan dari Ngalam.co menjelaskan untuk menumbuhkan rasa cinta budaya kepada generasi muda, Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun, tidak memungut biaya apapun loh. Mulai dari kegiatan pelatihan tari, musik, bahkan kegiatan dalam pembuatan Topeng Malangan, dilakukan benar-benar secara sukarela Ker, alias benar-benar gratis. Bahkan pertunjukan rutin yang diadakan di padepokan setiap satu bulan sekali ini, juga tidak dipungut biaya apapun loh Ker.

Pertunjukan yang diadakan tiap bulannya ini, sebenarnya juga termasuk dalam strategi untuk menarik minat generasi muda, agar mencintai seni dan budaya Ker. Dikutip dari Ngalam.co, pertunjukan yang biasa ditampilkan oleh Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun biasanya adalah pertunjukan dari wayang topeng. Pertunjukan wayang topeng biasanya memang dilakukan selama sebulan sekali atau lebih tepatnya setiap 36 hari sekali. Pertunjukan wayang topeng biasanya dilakukan tepat pada hari senin legi menurut kalender Jawa dan dimulai sekitar pukul 19.00 WIB dengan durasi antara satu sampai dua jam saja.

Untuk kamu yang belum tau tentang apa itu wayang topeng, Musthofa Kamal dalam Jurnal artikel yang ditulisnya menjelaskan bahwa wayang topeng sebenarnya sebuah pertunjukan tari -tarian dari Kota Malang, wayang topeng terkadang juga disebut sebagai wayang wong (orang). Dalam pertunjukan wayang topeng, biasanya para lakon (penari) menggunakan sebuah topeng disertai dengan Atawacana (dialog) yang dilakukan oleh seorang dalang.

Topeng yang dipakai oleh para penari biasanya memerankan karakter tertentu sesuai dengan yang ada di dalam alur cerita. Kisah atau alur cerita yang ada dalam wayang topeng, bisanya diambil dari kisah Mahabarata, Ramayan, dan cerita Panji. Pada awalnya, pertunjukan wayang topeng bersifat sangat sakral Ker, tarian ini dulunya dipakai sebagai sarana acara ritual dalam keagamaan. Namun seiring berkembangnya zaman, pertunjukan wayang topeng kini hanya dijadikan sebagai sebuah hiburan saja.

Berdirinya Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun memiliki sejarah yang sangat panjang. Sejarah tersebut dijelaskan dalam Jurnal Penelitian Desain Komunikasi Visual yang ditulis oleh Aditya Nirwana dan Etsa Astridya Setiyati, dimana Padepokan Topeng Asmoro Bangun tercatat sudah berdiri sejak tahun 1982 dan diresmikan oleh Edi Slamet, Bupati Kabutan Malang yang menjabat pada saat itu.

Namun jauh sebelum itu, sebenarnya Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun ternyata sudah berdiri sejak tahun sekitar 1900-an dan sudah dikelola secara turun temurun selama lima generasi. Generasi awal pendiri padepokan ialah mbah Serun, kemudian dilanjutkan oleh mbah Taslan sebagai generasi kedua. Selama dua generasi itu, nama Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun belum digunakan, selama dua generasi padepokan ini memiliki nama yaitu Pandawa Lima.

Sementara nama Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun, baru digunakan oleh generasi ketiga yaitu mbah Karimoen pada saat mementaskan roman Panji pada tahun 1982. Setelah berganti nama menjadi Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun, nama ini akhirnya terus digunakan pada generasi-generasi selanjutnya hingga saat ini.

Kalau kamu sedang bersiap untuk pergi berlibur maupun jalan-jalan, pastikan Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun sudah masuk dalam list perjalananmu ya Ker! Dengan banyaknya kegiatan kebudayaan yang ada didalam padepokan akan membuatmu semakin mencintai kebudayaan Khas Kota Malang. Pokonya dijamin deh selama kamu berada di padepokan, wawasanmu mengenai kebudayaan akan semakin berkembang. (Syz)

Penulis: Syaifudin Zuhri

Editor: Shofiyatul Izza Wahyuni

4 thoughts on “Kembangkan Kebudayaan Lewat Padepokan

    1. Hai kak terima kasih atas feedbacknya, jangan lupa untuk share ya kak agar bisa diketahui banyak masyarakat dan semakin terlestarikan 🙂

    1. Hai kak terima kasih atas feedbacknya, jangan lupa untuk share juga ya agar yang lain juga bertambah wawasannya 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.