Bangunan Bersejarah Lawang Malang dan Kisahnya

Stasiun Kereta Api Lawang Malang (Gambar diambil dari web Travelingyuk.com)
DIORAMALANG.COM, 21 SEPTEMBER 2020 – Sejuta sejarah dibalik bangunan lawas yang masih berdiri hingga saat ini, juga terdapat di Malang. Tidak hanya keindahan pariwisatanya saja, namun Malang juga memiliki berbagai kisah ataupun sejarah mengenai peninggalan-peninggalan di dalamnya. Peninggalan-peninggalan yang terdapat di Malang hingga saat ini sejarah dan kisahnya masih tetap diingat oleh masyarakat.
Namun terdapat salah satu Kecamatan di Kabupaten Malang, yang peninggalan-peninggalannya masih belum diketahui oleh masyarakat. Salah satunya yaitu Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang dimana di kecamatan ini terdapat bangunan bekas peninggalan Belanda yang masih difungsikan hingga saat ini.

Stasiun Lawang menjadi salah satu bangunan tertua di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Stasiun ini mulai beroperasi 20 Juli 1879, terletak di Jalan Thamrin, Mulyoarjo, Kecamatan Lawang. Stasiun Lawang juga menjadi salah satu terbesar di Kabupaten Malang (Gambar diambil dari web Merdeka.com)

Gereja Jago Lawang berada di Jalan Argopuro Nomor 24, Kecamatan Lawang. Berdasarkan prasasti yang tertancap di gedung tersebut, gereja ini sudah berdiri sejak 1918. (Gambar diambil dari web Travelingyuk.com)

Gereja Jago atau Onbevlekt Ontvangene Moeder van God, pada gereja ini mengedepankan unsur etnik dan menggunakan atap tinggi khas dengan bangunan Eropa (Gambar diambil dari web Misainfo)

Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Widyodiningrat terletak di Jalan Jenderal A Yani, Desa Sumberporong, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Widyodiningrat pernah dijadikan markas tentara Belanda, karena pada saat itu Malang sebagai pintu masuk serangan (Gambar diambil dari web Travelingyuk.com)

Rumah Sakit Jiwa Lawang diresmikan pada tanggal 23 Juni 1902, dengan nama Krankzinnigengestichte. RSJ Lawang merupakan Rumah Sakit tertua kedua di Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Kerajaan Belanda tertanggal 20 Desember 1865 No. 100 (Gambar diambil dari web Ngalam.co)

Saat dibuka Rumah Sakit Jiwa ini mampu menampung 500 orang, namun sayang ada masa merdeka RSJ ini sempat tidak menentu akibat berbagai macam goncangan. Pada 1978 RSJ kembali berjalan nornal (Gambar diambil dari web Gpswisataindonesia.info)

Namun pada masa Jepang di Indonesia, Rumah Sakit ini tidak berfungsi dengan baik, karena banyak dari tenaga kerja Belanda yang ditangkap oleh Tentara Jepang (Gambar diambil dari web Javasatu.com)

Griya Bina Lawang terletak di Jalan Diponegoro Nomor 399, Lawang, Malang. mulanya gedung ini bernama Bergzicht, yang mana pada masa kolonial Belanda digunakan sebagai panti asuhan putri. Pada masa itu pula, gedung ini berada di Resident Perenboom Boulevard (Gambar diambil dari web Travelingyuk.com)

Kemudian Gedung Bergzicht berubah nama menjadi Gedung Griya Bina, dan fungsinya bukan lagi sebagai panti asuhan putri, namun dijadikan sebagai gedung pertemuan. Gedung Griya Bina saat ini dikelola oleh GPIB Lawang (Gambar diambil dari web Gpswisataindonesia.info)

Hotel Niagara Lawang terletak Jalan Dr. Sutomo 1Nomor 63, Krajan, Turirejo, Lawang, Kabupaten Malang. Bangunan hotel ini dirancang oleh Fritz Joseph Pinedo, yaitu seorang pria keturuann Brazil yang tinggal di Indonesia pada masa Belanda berkuasa (Gambar diambil dari web Hipwee.com)

Mulanya gedung ini difungsikan sebagai villa keluarga milik “Liem Sian Joe”. Rancangan arsitek pada bangunan ini merupakan perpaduan desain bergaya Brazil, Belanda, Tiongkok, dan Victoria (Gambar diambil dari web Satyawinnie.com)
Penulis: Shofiyatul Izza W
Editor: Rofidah Noor