Mengenang Sejarah Panjang Milik Hotel Pelangi Malang

Bagian Depan Hotel Pelangi Malang (Gambar diambil dari web Ngalamwearemania.net)

DIORAMALANG.COM, 24 AGUSTUS 2020 – Halo Ker, sepertinya sudah bukan rahasia lagi bila Kota Malang mempunyai banyak bangungan bersejarah dengan usia yang sudah cukup tua. Meskipun kebanyakan dari bangunan tersebut kini sudah beralih fungsi, karena zaman yang silih berganti. Tapi siapa sangka, ternyata masih ada lo sebuah bangunan yang masih mempertahankan fungsinya hingga saat ini. Seperti Hotel Pelangi contohnya, meski zaman sudah tak sama lagi namun keberadaan hotel ini masih eksis hingga saat ini.

Untuk menemukan hotel ini juga sangat mudah lo, karena lokasinya berada tepat di depan alun-alun Merdeka Kota Malang. Untuk lebih tepatnya, hotel ini berada di Jalan Merdeka Selatan No. 3, Malang, Jawa Timur. Hotel Pelangi sangat kental dengan nilai budaya dan juga sejarah Kota Malang dikarenakan hotel ini memiliki sebuah design yang menarik, yaitu menggabungkan antara budaya Jawa dan budaya Eropa khususnya masa kolonial Belanda.

Bahkan sampai saat ini, bentuk lantai, plafon, dan keramik yang digunakan masih terjaga keasliannya. Begitu juga dengan foto-foto serta barang-barang peninggalan sejarah semuanya masih tertata rapi di setiap sudut Hotel Pelangi.

Menurut laporan Aremamedia.com, Hotel Pelangi ternyata dulu bernama Hotel Lapidoth yang didirikan sekitar tahun 1860 oleh orang Belanda yang bernama Abraham Lapidoth (1836-1908). Namun, pada tahun 1870 hotel ini mulai berganti nama menjadi Hotel Malang. Pada saat itu hotel masih berarsitektur seperti rumah joglo dengan tradisi Jawa yang masih sangat tradisional.

Akan tetapi, nama Hotel Malang ternyata tidak bertahan lama karena pada sekitar tahun 1900-san namanya diubah kembali menjadi Hotel Jensen. Pada saat itu di Malang akhirnya mempunyai dua hotel, yaitu Hotel Jensen (sekarang Hotel Pelangi) dan juga Hotel Jansen yang terletak di Regentstratat atau sekarang dikenal dengan nama Jalan H. Agus Salim.

Namun saat ini Hotel Jansen sudah tidak ada lagi, karena sudah dihancurkan untuk membangun sebuah gedung pertokoan. Pada saat ini gedung tersebut  dikenal sebagai pertokoan Mitra dan Gajah Mada Plaza. Setelah pemilik Hotel Jensen meninggal, hotel akhirnya dijual dan dihancurkan.

Kemudian pemerintah Belanda yang bekerjasama dengan biro arsitek AIA Belanda, membangunnya kembali menjadi sebuah hotel yang memiliki ciri khas layaknya bangunan kolonial. Dengan sebuah ciri khas, yaitu memiliki dua menara kembar yang menjulang tinggi.

Setelah dibangun ulang dengan arsitektur berciri khas Belanda, tepat pada tahun 1915 akhirnya hotel mulai diresmikan dengan nama baru yaitu Palace Hotel. Sekaligus menjadi hotel terbesar di Malang pada saat itu, karena memiliki 126 kamar yang tersedia.

Memasuki zaman pendudukan Jepang (1942-1945), Palace Hotel mulai berganti nama menjadi Asoma Hotel. Namun nama ini tidak bertahan begitu lama karena tiga tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 1945 nama hotel berubah kembali menjadi Palace Hotel.

Kemudian pada tahun 1953 Palace Hotel berpindah kepemilikan, karena dibeli oleh seorang pengusaha kaya raya bernama Sjachran Hoesin periode (1920-1999). Setelah itu, bangunan hotel diubah kembali agar memiliki gaya bangunan yang baru. Lalu, pada tahun 1964 hotel akhirnya diresmikan dan siap dihuni, dengan nama yang baru yaitu Hotel Pelangi.

Berdasarkan artikel milik Warnawisata.com, saat ini Hotel Pelangi memiliki 75 kamar yang terdiri dari 4 tipe kamar yang berbeda. Yaitu standard room, superior room, executive deluxe room dan suite room. Fasilitas lain yang disediakan hotel juga sangat lengkap, seperti ballroom, ruang meeting, coffee shop, tempat penitipan bayi dan money changer. Untuk ballroom dan ruang meeting, dapat menampung sekitar kurang lebih 250 orang. Ruangan ini juga bisa digunakan untuk berbagai macam acara Ker, seperti pesta pernikahan maupun acara penting lainnya.

Selain itu, hotel ini juga memiliki aula dengan 4 macam tipe ruangan yaitu Concordia Hall (30-250 orang), Palace Meeting Room (25-40 orang), Sjachran Hoesin Ballroom (50-100 orang) dan VIP Meeting Room (5-10 orang).

Meskipun Hotel Pelangi memiliki usia yang cukup tua, namun kepuasan pelanggan tetap selalu diutamakan oleh Hotel Pelangi Malang. Jadi tidak heran, bila Hotel Pelangi Malang selalu ramai akan pendatang.

Seperti yang diutarakan oleh Reza Harjoyudanto Dharmawan dan Tatiana Kristianingsih dalam Jurnal Aplikasi Bisnis dimana dikatakan, bahwa kepuasan pelanggan ternyata harus selalu diutamakan, karena kepuasan adalah hal terpenting dalam sebuah bisnis yang menjual jasa. Menentukan lokasi yang strategis, memang berpengaruh positif dalam perusahaan jasa namun tidak signifikan. Untuk itulah mengapa kepuasan pelanggan harus menjadi yang diutamakan, seperti yang dilakukan Hotel Pelangi Malang.

Menurut data yang tertulis dalam Jurnal Sejarah dan Budaya milik Belasius Suprapta, saat ini Hotel Pelangi ternyata sudah ditetapkan sebagai salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Kota Malang. Karena selama penelitian, ternyata banyak ditemukan sebuah bangunan yang memiliki nilai sejarah, seni, dan juga budaya sehingga pemerintah Malang akhirnya menetapkan beberapa bangunan yang ada di Malang sebagai cagar budaya. Dengan harapan, agar tidak dilupakan dan tetap terlestarikan. (Syz)

Penulis: Syaifudin Zuhri

Editor: Shofiyatul Izza W

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *