Ini Dia Raja-Raja Penguasa Kerajaan Singasari

Sosok Ken Arok, Raja Pertama Kerajaan Singasari (Gambar diambil dari Nusadaily.com)
DIORAMALANG.COM, 21 AGUSTUS 2020 – Halo Ker, kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan Kerajaan Singasari kan? Terutama pada sosok raja pendiri Kerajaan Singasari, yaitu Ken Angrok atau biasa dikenal masyarakat Ken Arok. Namun seusai Ken Angrok memimpin, masih ada raja-raja yang meneruskan kepemimpinan pada Kerajaan Singasari. Kali ini Dioramalang akan membahas siapa saja raja-raja pada Kerajaan Singasari. Simak terus ya Ker!
Sebelum mengenal siapa saja sosok raja-raja yang berkuasa pada masa Kerajaan Singasari, kali ini kita bahas kembali mengenai sejarah Kerajaan Singasari. Diperkirakan lokasi Kerajaan Singasari ini berada di sebelah timur Gunung Kawi, Malang, Jawa Timur. Kerajaan ini memiliki nama yang sebenarnya adalah Kerajaan Tumapel dan ibukotanya berada di Kutaraja.
Pada mulanya Kerajaan Singasari adalah sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri, yang mana pada saat itu Tunggul Ametung menjabat sebagai akuwu. Akuwu atau yang saat ini jabatannya setara dengan camat.
Tunggul Ametung dibunuh oleh pengawalnya sendiri yaitu Ken Arok. Pembunuhan dengan cara menipu itu tentu saja didasari dengan perebutan kekuasaan. Hingga akhirnya Ken Arok menggantikan jabatan Tunggul Ametung dan mendirikan kerajaan sendiri, yaitu Kerajaan Singasari.
Menurut Nazhat Afza Mualifah, mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta, dalam jurnal penelitian yang ditulisnya menjelaskan bahwa Kerajaan Singasari merupakan salah satu Kerajaan Hindu yang ada di Indonesia. Wilayah kekuasaan mereka berada di Tanah Jawa bagian Timur. Kerajaan didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Raja-raja yang berkuasa setelahnya adalah Anusapati (1227-1248 M), Tohjaya (1248 M), Wisnuwarddhana (1248-1268 M), dan Kertanegara (1269-1292 M). Kerajaan mendapatkan kejayaannya pada masa pemerintahan Kertanegara. Nama Kertanegara semakin besar ketika diadakannya perluasan wilayah ke Swarnabhumi (1275) dan Bali (1284 M) melalui ekspedisi militer. Ekspedisi militer merupakan salah satu politik luar negeri yang dilancarkan Kertanegara. Melalui politik ini Singasari mendapatkan sekutu yang kuat dalam masalah perhubungan dan perdagangan laut.
Perebutan kekuasaan yang terjadi pada Kerajaan Singasari seringkali terjadi. Hingga akhirnya kerajaan ini runtuh, yang disebabkan karena sibuknya Kertanegara mengirim angkatan perang ke luar Jawa dan adanya pemberontakan Jayakatwang hingga berhasil membunuh Kertanegara. Kemudian Jayakatwang membangun ibukota Kadiri, atau saat ini disebut Kediri.
Kali ini kita akan mengenal bagaimana kisah raja-raja yang berkuasa pada Kerajaan Singasari. Berawal dari Ken Arok yang berhasil mendirikan Kerajaan ini hingga runtuhnya Kerajaan yang disebabkan oleh Kertanegara. Berikut ini adalah raja-raja yang berkuasa pada Kerajaan Singasari, menurut Pararaton ( Kitab Raja-Raja)
1. Ken Arok (1222 M)
Menurut Susanto Yunus Alfian, SMA Negeri 1 Sumberpucung Malang dalam jurnal pendidikan sejarah Ken Angrok diangkat sebagai akuwu Tumapel yang menggantikan Tunggul Ametung. Dengan begitu maka Ken Dedes ikut menjadi istrinya pula. Ken Angrok pun meminta restu kepada para Brahmana untuk memakai nama Hyang Caturbuja alias Bhatara Guru untuk menyerang Daha. Pertempuran pun terjadi di sebelah utara Ganter dengan kemenangan di pihak Ken Angrok.
Seusai peperangan di Desa Ganter, Ken Angrok mengubah status Tumapel yang semula merupakan negara bagian dari Kerajaan Daha (Kadiri) menjadi negara merdeka dengan nama Singasari. Ia pun mengangkat dirinya sebagai raja pertama Singasarai yang bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabumi.
2. Anusapati (1227-1248 M)
Pada masa pemerintahan Anusapati, Singasari tidak banyak mengalami perubahan. Hal tersebut dikarenakan Anusapati sering menyabung ayam. Hal ini senada dengan ulasan pada Sejarahlengkap.com memerintah dari tahun 1227 sampai 1248 Masehi dalam jangka waktu lama namun tidak banyak melakukan perkembangan untuk kerajaan karena sering menyabung ayam.
Tohjoyo lalu mengundang Anusapati ke Gedong Jiwa untuk pesta sabung ayam dan saat acara berlangsung, secara tiba-tiba Tohjoyo menusuk Anusapati dengan keris yang dibuat oleh Empu Gandring dan Anusapati didharmakan pada Candi Kidal.
3. Tohjaya (1248 M)
Masa kepemimpinan Tohjaya tidak berlangsung lama, hanya beberapa bulan saja. Hal tersebut dikarenakan anak Anusapati yaitu Ranggawuni dan Mahisa Campaka tidak terima jika ayahnya dibunuh. Kedua anak Anusapati, yang juga keponakan Tohjaya tersebut mendapat dukungan penuh dari tentara Singasari. Hingga akhirnya terjadi pemberontakan yang mengakibatkan Tohjaya terluka parah dan meninggal dunia.
4. Ranggawuni/Wisnuwarddhana (1248-1268 M)
Setelah meninggalnya Tohjaya, Ranggawuni pun akhirnya naik pangkat menjadi raja. Gelar yang ia dapat pada saat memimpin yaitu Sri Jayawisnuwardhana Sang Mapanji Seminingrat Sri Sakala Kalana Kulama Dhumardana Kamaleksana. Menurut laporan Tirto.id, pada tahun 1254, Wisnuwardhana mengangkat putranya, Kertanegara sebagai putra mahkota. Kertanegara inilah yang kelak menurunkan raja-raja Jawa, termasuk Majapahit dan seterusnya.
Pada tahun yang sama, Wisnuwardhana juga mengganti nama Kutaraja, ibukota Tumapel, menjadi Singasari, diperkirakan berlokasi di sekitar Malang. Nama Singasari pada akhirnya justru lebih dikenal ketimbang Tumapel.
5. Kertanegara (1269-1292 M)
Usai mangkatnya Ranggawuni atau Wisnuwardhana, kepemimpinan Singasari jatuh kepada anaknya yaitu, Kertanegara. Pada masa kepemimpinan Kertanegara, gelar yang ia pegang adalah Sri Maharaja Kertanegara. Dan pada masanya, Singasari berada dalam puncak kejayaan karena Kertanegara berhasil menjalin relasi yang baik dengan daerah lainnya, terutama luar Jawa.
Menurut Susanto Yunus Alfian dalam jurnal pendidikan sejarah, menjelaskan pada saat prajurit istana tengah dalam Ekspedisi Pamalayu, jumlah tentara di istana sangatlah sedikit. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Jayakatwang yang saat itu menjadi raja di Daha untuk menyerang Singasari. Kertanegara akhirnya tewas dalam pemberontakan Jayakatwang dan dengan demikian berakhirlah sudah Kerajaan Singasari.
Menyimak kisah mengenai raja-raja Kerajaan Singasari yang tidak lepas dari perebutan kekuasaan, tentu saja membuat kita belajar untuk tidak serakah. Selain itu, tentu saja kita sebagai generasi muda untuk tidak melupakan kisah-kisah raja di Jawa khususnya Singasari. (Siw)
Penulis: Shofiyatul Izza W
Editor: Rofidah Noor