Mengenang PS PORKA, Klub Bola Legenda Yang Mulai Dilupakan Orang

Para Anggota Tim PS PORKA (Gambar diambil dari web Kompasiana.com)
DIORAMALANG.COM, 18 AGUSTUS 2020 – Legenda! mungkin inilah kata yang tepat untuk diberikan kepada klub sepak bola PS PORKA (Persatuan Olahraga Kebonagung). Mengapa? Karena jauh sebelum adanya Arema ataupun Persema Malang, Pabrik Gula Kebonagung yang berdiri sejak tahun 1905 sudah memiliki klub sepakbola andalan yang siap datang dalam segala pertandingan. Bahkan, pemilik klub sepakbola PS Porka yakni Pabrik Gula Kebon Agung, pernah menjadi Brand Image dalam segala bidang olahraga, khususnya sepak bola.
Laporan dari Abdul Malik kepada Kompasiana.com, menjelaskan bahwa menurut Suroso Effendi selakau mantan pemain PS PORKA, klub sepakbola milik PG Kebon Agung ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1960-an. Karena pria yang akrab disapa dengan sebutan Pak Os ini, dulunya sering menonton pertandingan PS PORKA sejak usianya masih 4 tahun. M
enurut Pak Os, para pemain PS PORKA sebenarnya tidak semua berasal dari karyawan pabrik karena sebagian pemain ada yang diambil dari warga sekitar Kebonagung. Pak Os sendiri baru bergabung ke klub PS PORKA pada saat usianya menginjak 17 tahun. Namun pada saat itu, statusnya masih belum menjadi pegawai pabrik di PG Kebonagung, karena Pak Os baru melamar menjadi karyawan pabrik pada tahun 1986.
Pak Os juga menjelaskan, PG Kebonagung dulunya juga sering mengadakan sebuah pertandingan sepakbola. Pertandingan biasanya diadakan setiap pabrik akan buka giling (ritual/kegiatan umum yang dilakukan oleh Pabrik Gula sebelum proses produksi dimulai).
Pertandingan yang sering digelar oleh PG Kebonagung ini, biasanya adalah pertandingan persahabatan antara PS PORKA melawan persatuan sepakbola yang ada di Kota Malang, seperti PS Satria dari Blimbing dengan pelatih Nino Sutrisno, PS IM (Indonesia Muda) Malang dengan pelatihnya bernama Andut, PS Dinoyo dan lain sebagainya.
Pertandingan persahabatan yang diadakan oleh PG Kebonagung, biasanya akan berlangsung selama satu minggu lamanya. Dimana pertandingan biasanya dimulai tepat pada pukul 15.00 hingga pukul 17.30 WIB. Dalam pertandingan ini, PS PORKA yang pada masa itu dilatih oleh Pak Prapto dan Pak Mukayat sempat tampil sebanyak 2 kali, yaitu pada hari jumat dan pada hari sabtu. Menurut Pak Os, bila pertandingan telah usai, biasanya akan di tutup dengan sebuah pertunjukan ludruk yang menyenangkan.
Pak Os juga mengatakan, dalam pertandingan tersebut baik menang ataupun kalah ternyata mereka tetap akan dibayar. Namun, bayaran mereka biasanya hanyalah makan-makan bersama sambil bersenang-bersenang menonton pertunjukan ludruk.
“Kalau main di Pesta Giling senangnya bukan main. Penonton meluber hingga seribu. Penonton dari dusun Temu, Kacuk, Kepuh berbondong-bondong ke Lapangan Magersari nonton sepak bola pembukaan pesta giling. Kumpul-kumpulnya di rumah Pak Mukayat, Pembina PS PORKA yang juga pegawai PG Kebonagung bagian kantor. Salah satu anak Pak Mukayat bernama Dedi M Darda (Didit) pernah menjadi pemain Arseto Solo”, ujar Pak Os yang dikutip dari Kompasiana.com.
Semenjak terbentuk, klub PS PORKA bisa dibilang mengalami kemajuan yang cukup pesat. Bahkan kemampuan tim sepakbola PS PORKA pada saat itu, sudah dapat disejajarkan dengan beberapa klub sepak bola yang ada di Malang Raya seperti PS Gajayana, PSIM (Indonesia Muda), PS Faroka dan lain sebagainya. Pada saat itu, tim PS PORKA berada dibawah binaan Pak Meyer, warga berkebangsaan Belanda yang menjabat sebagai Kepala Garasi di PG Kebonagung.
Pada masa kejayaannya, PS PORKA juga tercatat mampu melahirkan beberapa bintang sepak bola. Salah satunya adalah Markim, penjaga gawang PS PORKA yang bekerja sebagai supir bus di PG Kebonagung karena keahliannya dalam mengamankan gawang, mampu membawa klub PS PORKA dalam banyak kemenangan.
Berbicara tentang penjaga gawang, ternyata posisi tersebut sangat lah penting seperti ungkapan Ivan Budianto dalam penelitiannya, yang menjelaskan bahwa penjaga gawang (goalkeeper) bisa dikatakan sebagai pemain yang memiliki posisi yang sangat penting. Hal tersebut dikarenakan penjaga gawang merupakan pertahanan terakhir dalam permainan sepak bola. Jadi tidak heran bila penjaga gawang Markim, menjadi terkenal pada masanya karena dia berhasil menjalankan tanggung jawabnya sebagai penjaga gawang PS PORKA.

Klub Sepak Bola PS PORKA Tahun 1975 (Gambar diambil dari web Kompasiana.com)
Daftar nama anggota PS PORKA, dari kiri ke kanan:
Sukoco (asli Kacuk, bek kanan, sudah almarhum); Ipin (penyerang, asli Perumahan Magersari, pegawai Faroka, sekarang di Perumahan Janti); Suroso (gelandang kanan, kini Ketua RW 01 Desa Kebonagung); Yohanes (bek, Perumahan Magersari, sudah almarhum); Koeslan (kanan luar, pegawai pabrik gula Kebonagung, warga Gang 1 Kebonagung); Minggus de Silo (penyerang kanan, pegawai PG Kebonagung, sudah almarhum); Pras (gelandang kiri, warga Raya Kebonagung); Edi Soekarno (kakaknya Pak Os, bek kanan, pegawai PG Kebonagung, sudah almarhum).
Tidak heran bila PS PORKA menjadi sangat terkenal pada masanya, karena melihat para anggotanya yang hanya terdiri dari para pegawai pabrik gula. Namun sudah dapat disejajarkan dengan beberapa klub bola ternama yang ada di Malang Raya.
Berdasarkan kisah PS PORKA yang diutarakan Pak Os, mungkin klub tersebut bisa berjaya karena memiliki kerjasama yang luar biasa. Karena, dalam Jurnal Of Physical Education and Sports milik Beni Apriansyah dkk, menjelaskan dalam permainan sepakbola kerjasama tim merupakan hal yang utama karena tanpa adanya kerjasama antara anggota, permainan sepakbola tidak akan pernah mencapai kemenangan.
Meski sudah lama tidak terdengar kabarnya, namun bukan berarti kita boleh melupakannya. Yuk Ker, cari tau lagi mengenai sejarah sepakbola yang ada di Malang Raya agar tidak hilang termakan usia. (Syz)
Penulis: Syaifudin Zuhri
Editor: Shofiyatul Izza W