Bagai Harta Karun, Tempat Ini Simpan Rekam Jejak Perjuangan Militer Divisi Brawijaya

Museum Brawijaya Kota Malang (Gambar diambil dari web Surabaya.panduanwisata.com)
DIORAMALANG.COM, 12 AGUSTUS 2020 – Meskipun kisah Prabu Brawijaya terkesan tak masuk akal, akan tetapi namanya sangat populer terutama di daerah Jawa Timur. Di Kota Malang contohnya, ada beberapa tempat yang menggunakan nama seperti pada penamaan Jalan Brawijaya, Universitas Brawijaya, hingga Museum Brawijaya. Untuk itu Dioramalang akan mengulas lebih jauh tentang Museum Brawijaya yang menyimpan kekayaan sejarah.
Pada tahun 1962, Brigjen TNI (Purn) Soerachman yang kala itu menjadi mantan Pangdam VIII/Brawijaya tahun 1959-1962 melakukan usaha pendirian Museum Brawijaya. Kemudian pembangunan gedung mendapat dukungan dari pemerintah Malang yang saat itu masih berupa Kotamadya.
Bangunan museum di kerjakan diatas tanah dengan luas 10.500 meter persegi. Untuk biaya pengerjaan bangunan, museum mendapatkan sokongan dari pemilik hotel di Tretes Pandaan bernama Martha. Sedangkan untuk arsitekturnya dikerjakan olek Kapten Soemadi. Museum akhirnya selesai dikerjakan pada tahun 1968.

Gerbong Maut yang memakan puluhan nyawa pejuang Indonesia (Gambar diambil dari web Nusadaily.com)
Museum Brawijaya ini merupakan salah satu museum sejarah militer yang menyimpan dan menampilkan koleksi-koleksi benda bersejarah mengenai sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, khususnya masa perjuangan Divisi Brawijaya dan rakyat Jawa Timur.
Di Indonesia sendiri selain Museum Brawijaya masih ada beberapa museum militer lain seperti Museum Satria Mandala, Museum Yos Sudarso, dan Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala.
Nama Museum Brawijaya ditetapkan berdasarkan keputusan Pangdam VIII/Brawijaya tanggal 16 April 1968 dengan sesanti (wejangan) ‘Citra Uthapana Cakra‘ yang berarti sinar yang membangkitkan semangat atau kekuatan. Sedangkan pasukan Brawijaya memiliki slogan ‘Bhirawa Anoraga’ yang berarti suatu kekuatan yang dahsyat dan tidak diperlihatkan karena sikap rendah hati.
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Widiyanti, disebutkan bahwa Museum Brawijaya menyajikan benda-benda koleksi tentang peristiwa atau kejadian pada zaman perang kemerdekaan, mengenai perjuangan Divisi Brawijaya dan rakyat Jawa Timur pada Agresi Militer Belanda I dan II. Benda koleksi yang ditampilkan di Museum Brawijaya merupakan benda koleksi yang sangat berharga karena sebagian besar merupakan koleksi asli.

Tank Baja yang digunakan Belanda ketika Agresi Militer Belanda I di Jalan Salak, Kota Malang (Gambar diambil dari web Wisatakita.com)
Benda koleksi disimpan di lima titik. Pertama adalah halaman depan Museum Brawijaya yang bernama ‘Agne Yastra Loka‘ atau yang diartikan secara bebas sebagai tempat atau taman (loka) senjata (yastra) yang diperoleh dari api (agne) Revolusi 1945. Beberapa orang mengenalnya dengan Taman Senjata.
Benda-benda yang dipamerkan di Taman Senjata diantaranya adalah Tank buatan Jepang yang digunakan pada perang 10 November 1945, Senjata Penangkis Serangan Udara (PSU) atau Pompom Double Loop, Meriam 3,7 Inch (Si Buang) pada serangan 10 Desember 1945, Tank Amfibi AM Track kendaraan tentara Belanda dalam peristiwa Agresi Militer Belanda I yang menewaskan puluhan pasukan TRIP, dan patung Jenderal Sudirman untuk mengabadikan dan mengenang jasa-jasa Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Titik kedua adalah Lobi. Di sebelah selatan lobi, pengunjung akan melihat relief yang melukiskan wilayah kekuasaan Majapahit, pahatan perahu Hongi yang menggambarkan bahwa Majapahit memiliki armada laut yang kuat sehingga berhasil mempersatukan Nusantara, serta pahatan Raden Wijaya dalam bentuk Harihara.
Di sebelah utara lobi pengunjung dapat menyaksikan relief daerah-daerah tugas yang pernah dijalani oleh pasukan Brawijaya dalam rangka menegakkan kemerdekaan, menumpas gerakan separatis dan gerombolan pengacau keamanan, serta tugas internasional sebagai pasukan perdamaian dan keamanan PBB di luar negeri. Kemudian ada pula kumpulan lambang-lambang Kodam/Kotama TNI AD di Indonesia.
Titik ketiga adalah halaman tengah, di sini para pengunjung dapat melihat Gerbong Maut dan Perahu Segigir. Konon Gerbong maut ini memakan puluhan nyawa pejuang Indonesia yang dibawa dari tahanan di Bondowoso yang dipindah ke tahanan di Surabaya. Sedangkan Perahu Segigir adalah akomodasi yang digunakan oleh Letkol Chandra Hasan untuk memimpin pasukan melawan Belanda. Perahu ini aslinya digunakan untuk menangkap ikan dan hanya muat untuk 6 orang saja.
Titik keempat adalah Ruang Koleksi I, di ruangan ini banyak dipamerkan koleksi dari tahun 1945-1949. Beberapa diantaranya adalah Foto Panglima Kodam Jawa Timur, lukisan pakaian para pejuang, burung merpati pos, termos dibuat dari tempurung kelapa, pedang samurai perwira Jepang, meja kursi untuk perundingan penghentian tembak-menembak (gencatan senjata) antara TKR dan sekutu di Surabaya, kumpulan senjata, radio kuno, mobil sedan kuno, mata uang yang kala itu berlaku, dan masih banyak lagi.
Sedangkan di titik kelima adalah Ruang Koleksi II, koleksi yang dipamerkan antara lain Peta Kota Malang dan perkembangannya, foto burgemester dan walikota dari zaman pemerintahan Belanda, meriam dan bejana besi, kumpulan senjata, kumpulan patung, alat musik, lukisan timbul, bendera, hingga peralatan topografi yang digunakan oleh Brigade Topografi Angkatan Darat pada tahun 1945.
Dalam jurnal karya Widati dkk, dikatakan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 300 museum di seluruh negeri, baik yang dikelola oleh masa libur tiba. Melihat fenomena ini, maka pemerintah Indonesia mencanangkan Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) pada tahun 2009. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan pengunjung museum dan juga memperkenalkan museum sebagai pusat pembelajaran dan pusat informasi kebudayaan lokal.
Museum Brawijaya diharapkan dapat menjadi sumber tempat pelestarian benda-benda militer bersejarah. Dengannya maka rekam jejak militer dapat terus ada, tentunya demi keberlangsungan benda di masa yang akan datang.
Selain itu Museum Brawijaya juga berfungsi sebagai media pendidikan, tempat rekreasi, tempat penelitian ilmiah, tempat pembinaan mental kejuangan dan pewarisan nilai-nilai ’45 dan TNI ’45 bagi prajurit TNI dan masyarakat umum, serta tempat pembinaan mental perjuangan dalam rangka wilayah.
Ketiga fungsi tersebut memiliki peranan penting bagi pihak museum dan masyarakat khususnya generasi muda pada zaman sekarang, agar tidak melupakan nilai sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Museum Brawijaya Malang dalam hal ini yaitu menjadi wadah dan fasilitas serta sebagai sumber informasi tentang sejarah Kodam V/Brawijaya dengan tujuan meningkatkan jiwa nasionalisme bagi pengunjung, khususnya generasi muda.
Bagi kamu yang ingin mengunjungi Museum Brawijaya, silakan datang ke Jalan Ijen No.25 A, Gading Kasri, Kec. Klojen, Kota Malang. Untuk jam operasionalnya, museum buka pada Senin-Kamis (08.00-14.30 WIB), Jum’at (08.00-11.30 WIB), Sabtu-Minggu (08.00-13.00). (Rof)
Penulis: Rofidah Noor
Editor: Shofiyatul Izza W
Terimakasih infonya sangat bermanfaat sekali
Visit Us
Hai kak terima kasih atas feedbacknya, jangan lupa untuk share juga ya 🙂