Adu Kekuatan Mental di Museum Kesehatan Jiwa Lawang

Pengunjung disambut dengan dua patung di ruangan pertama (Gambar diambil dari web Radarmalang.com)

DIORAMALANG.COM, 4 AGUSTUS 2020 – Sebagai kota pariwisata, Malang memiliki banyak sekali destinasi wisata. Mulai dari destinasi kuliner, religi, hingga kebudayaan sekali pun. Di samping itu, Malang juga punya belasan museum yang berperan dalam pelestarian nilai sejarah sekaligus menggerakkan potensi pariwisata daerah.

Sebelum beralih ke ulasan, pahami dulu apa yang dimaksud dengan museum. Pemaparan oleh Abd. Salam dalam jurnalnya, museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat, dan perkembangannya terbuka untuk umum.

Dengannya museum berfungsi untuk mengumpulkan, merawat, mengkomunikasikan, dan memamerkan bukti-bukti material manusia dan lingkungannya untuk tujuan penelitian, pendidikan, dan kesenangan mengenai bukti manusia dan lingkungannya yang bersifat tangible (dapat dilihat dan dirasakan secara langsung) dan intangible (benda atau barang tak bertubuh, atau tak dapat dilihat).

Maka dari itu museum punya peran besar dalam pengenalan dan sarana informasi akan suatu hal yang patut untuk dijadikan pembelajaran sekaligus hiburan. Hal ini berlaku untuk semua museum bukan hanya yang ada di Malang saja, namun juga di setiap tempat.

Halaman depan Museum Kesehatan Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat, Lawang (Gambar diambil dari web Wisatalawang.com)

Nah, satu di antara banyak museum yang wajib dikunjungi di Malang adalah Museum Kesehatan Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat (Museum Keswa DRWJ). Museum ini lokasinya berada di Malang Utara. Tepatnya berada di Jalan Jendral Ahmad Yani, Lawang, Kabupaten Malang. Dan kini Museum Kesehatan Jiwa Malang semakin ramai dikunjungi, peminatnya juga banyak, baik dari wisatawan lokal hingga luar Malang.

Bangunan Museum Kesehatan Jiwa ini sebenarnya masih satu komplek dengan Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Jadi tidak heran kalau tempatnya hanya berjarak beberapa meter saja.

Kemudian untuk penamaannya, museum dan rumah sakit menggunakan “Dr. Radjiman Wediodiningrat” karena nama tersebut diambil dari nama dokter yang pada tahun 1905-1906 tercatat sebagai dokter Indonesia pertama yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Lawang.

Bukan hanya itu saja, ia juga berperan dalam pergerakan masyarakat. Dr. Radjiman bersama-sama dengan Dr. Soetomo melancarkan pergerakan bangsa pertama yaitu Boedi Oetomo. Dan pada saat itu Dr. Radjiman telah mengembangkan pendekatan terapi alternatif dengan pendekatan “Rassen Psychologie“.

Hebatnya, Museum ini ternyata adalah museum kesehatan satu-satunya di Indonesia. Dan Rumah Sakit Jiwa DRWJ ini ternyata merupakan salah satu rumah sakit jiwa tertua yang ada di Indonesia.

Menilik dari laman resminya, Rumah Sakit Jiwa Lawang ini ternyata sudah dibuka secara resmi pada tanggal 23 Juni 1902. Jadi kini umurnya sudah beranjak ke 118 tahun.

Namun untuk pengerjaan pendirian rumah sakitnya sudah dimulai sejak tahun 1884 berdasarkan Surat Keputusan Kerajaan Belanda tertanggal 20 Desember 1865 No.100. Sebelum Rumah Sakit Jiwa Lawang dibuka, perawatan pasien mental diserahkan kepada Dinas kesehatan Tentara (Militaire Gezondheids Dienst).

Alat pasung yang digunakan untuk pasien dengan gangguan kesehatan jiwa (Gambar diambil dari blog Inginsehat28)

Meski baru diambang pintu gerbang, Museum Kesehatan Jiwa ini sudah menampakkan aura yang berbeda. Belum lagi ketika masuk ke dalam bangunan, ruangannya yang masih tampak kuno agaknya menguatkan rasa ngeri bagi wisatawan.

Adapun di ruang pertama, pengunjung akan disambut dengan etalase kaca berisi patung pria dan wanita yang mengenakan baju serba putih bak staf rumah sakit. Meski keduanya hanyalah patung, akan tetapi kehadirannya membuat pengunjung sedikit merasa terintimidasi.

Lebih dari itu, di sini banyak ditampilkan koleksi perkembangan kesehatan jiwa dari masa ke masa. Di sini tersimpan ribuan koleksi yang terdiri dari benda-benda dan dokumen-dokumen tua. Koleksi ditampilkan pada ruang-ruang berbeda yang ditata sedemikian rupa oleh pengelola.

Diantaranya adalah beberapa macam koleksi kuno seperti peralatan rumah sakit jiwa pada zaman dulu, alat pasung, lukisan-lukisan peninggalan pasien, mesin ketik, embrio manusia yang diawetkan, piano kuno, alat menenun, dan sebagainya.

“Benda-benda koleksi yang ada di museum sebagian besar merupakan barang inventaris RSJRW, yang sengaja dikumpulkan untuk dijawadikam sebagai wahana pembelajaran terkait perkembangan sejarah dunia medis, khususnya kejiwaan”, jelas Kasturi, Pengelola Museum Kesehatan Jiwa yang dikutip dari Cendananews.com.

Koleksi Museum Museum Kesehatan Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat (Gambar diambil dari web Malangtimes.com)

Khusus untuk alat medis, beberapa orang mungkin merasa nggak nyaman melihatnya. Berdasarkan informasi dari Lenteratoday.com, hal itu terjadi karena pada saat itu ilmu kedokteran jiwa belum maju seperti sekarang, jadi terkadang alat-alat dan perlengkapan yang digunakan untuk menerapi pasien terlihat kejam dan sadis.

Pengunjung juga bisa menyaksikan koleksi foto-foto para Menteri Kesehatan sejak era kepemimpinan Bung Karno. Begitu juga berbagai foto para ahli yang turut berjasa dalam mengembangkan dunia psikiatri.

Pada tahun 2017 lalu, Museum Keswa RSJRW mengikuti Pameran Hotel dan Produk Unggulan Kabupaten. Tujuannya adalah untuk mendongkrak minat masyarakat, pariwisata daerah, sekaligus meningkatkan pemahaman perkembangan kesehatan jiwa.

Berdasarkan penjelasan dari Rsjlawang.com, beberapa koleksi terbaik Museum Keswa turut dipamerkan kepada pengunjung diantaranya: ECT Konvensional, Replika Kayu Pasung, Alat Pengiris Otak, Lonceng Kuno dan beberapa Lukisan Karya Rehabilitan.

Pariwisata dan museum adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilham Junaid dalam karya tulisnya menyatakan, museum merupakan daya tarik wisata yang dapat menjadi pilihan masyarakat untuk belajar dan bersantai (rekreatif).

Tentunya dengan rekomendasi positif dari mereka yang pernah berkunjung ke museum. Semakin banyak masyarakat (termasuk wisatawan) yang mengunjungi museum, maka semakin terbuka peluang bagi masyarakat untuk memahami sejarah dan budayanya. Jadi tunggu apa lagi? Yuk Ker datang ke Museum Kesehatan Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat! (Rof)

Penulis: Rofidah Noor

Editor: Shofiyatul Izza W

3 thoughts on “Adu Kekuatan Mental di Museum Kesehatan Jiwa Lawang

    1. Hai kak, terima kasih atas feedbacknya. Jangan lupa untuk share ke yang lain ya tentang Museum Kesehatan Jiwa 🙂

  1. Glad to chat your blog, I seem to be forward to more reliable articles and I think we all wish to thank so many good articles, blog to share with us.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.