Tari Remo Malang, Wujud Seni Budaya yang Berkembang

Tari Remo Malangan dengan Menggunakan Ikat Kepala Khas Malang (Gambar diambil dari Anasarrosyidh)

DIORAMALANG.COM, 3 AGUSTUS 2020 – Malang yang memiliki julukan sebagai daerah 1000 budaya, tidak terlepas dari beragam budaya di dalamnya. Meskipun budaya tersebut bukan berasal atau lahir dari Malang, tidak menjadi masalah karena adanya toleransi budaya yang tinggi. Salah satunya adalah Tari Remo.

Walaupun bukan tarian asli Malang, Tari Remo bisa dikembangkan dengan gaya Malangan. Hal tersebut dikarenakan masih banyak sekali kultur tarian yang memiliki kesamaan dengan nilai-nilai sosio-budaya masyarakat setempat.

Pada dasarnya, Tari Remo adalah tari tradisional yang berasal dari Jombang. Tepatnya lahir di Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Tari ini muncul berkat seniman jalanan dan menceritakan tentang seorang pangeran yang memiliki karakter gagah berani.

Awal mula tarian ini diperkenalkan juga dijelaskan dalam Merdeka.com, tarian ini pada mulanya diperkenalkan dengan cara berkeliling di jalanan dan mengamen. Melalui sajian tarian tersebut, para seniman jalanan bisa menyalurkan seni sembari mencari sesuap nasi. Namun, jika Tari Remo hanya disajikan dengan cara seperti itu, maka perkembangan Tari Remo akan terhambat.

Seiring berjalannya waktu, Tari Remo akhirnya masuk ke dalam pertunjukkan lain yaitu Ludruk. Hal tersebut merupakan sebuah perkembangan yang positif, mengingat ludruk masih sangat diminati oleh para masyarakat meskipun eksistensinya semakin lama kian menurun.

Sebagai warisan budaya, Tari Remo telah mengalami banyak perkembangan dan perubahan meskipun tidak berdampak kepada tarian aslinya. Perubahan tersebut terjadi karena ada kesamaan budaya masyarakat setempat. Hal tersebut didasarkan pada penjelasan Wahyudiyanto dalam Jurnal Seni dan Pendidikan Seni, bahwa wujud suatu kesenian sebagai pengalaman berbudaya merupakan salah satu ungkap kehidupan yang melingkupinya.

Oleh karena itu, Malang yang terkenal dengan aneka ragam budayanya, mengembangkan Tari Remo dengan menambah gaya Malangan. Adanya perubahan tersebut menimbulkan perbedaan dengan Tari Remo lainnya. Namun, penggambaran akan kesatria yang gagah tetap menjadi ciri khas yang melekat pada Tari Remo.

Berdasarkan pemaparan oleh Novia Nur Vitasari dalam penelitiannya, menjelaskan bahwa Tari Remo merupakan bagian dari seni pertunjukan tradisional yang ada di Malang, bentuk tari yang menggambarkan seorang kesatria yang gagah berani yang dapat dilihat selain dari tata gerak juga dapat dilihat dari tata busana yang dikenakan.

Tata busana merupakan hal paling mudah dilihat untuk mengetahui perbedaan Tari Remo gaya Malangan dengan Tari Remo lainnya. Pada Tari Remo asli Jombang, busana yang dikenakan pada umumnya meliputi ikat kepala, baju berlengan panjang, celana yang ukuran panjangnya tidak melebihi lutut, kain batik pesisiran, aksesoris yang dipasangankan di pinggang seperti keris dan selendang, serta gelang lonceng yang diikatkan di kaki.

Berbeda dengan Tari Remo gaya Malangan, dimana Malang memiliki ikat kepala sendiri yang memiliki ciri khas yaitu Udeng. Lalu celana yang digunakan ukuran panjangnya melebihi lutut bahkan hingga menyentuh mata kaki.

Selain itu juga terdapat penambahan aksesoris selendang di pinggang dimana pada umumnya selendang tersebut diletakkan di pundak dan penari akan memegang ujung-ujung selendang tersebut.

Perbedaan Tari Remo gaya Malangan dan Tari Remo lainnya, tidak hanya tampak dari komposisi busana melainkan juga pada komposisi lain. Diantaranya seperti gerakan-gerakan tarian, musik pengiring tarian, dan tata panggung tarian. Namun, perbedaan tersebut justru membuat seni budaya Malang menjadi lebih beragam dengan memiliki ciri khas tersendiri.

Kini, Tari Remo jarang untuk kita jumpai. Bukan dari hal tariannya yang semakin terkikis, namun minat daripada pemain tarian tesebut yang mulai berkurang terutama para anak-anak muda. Padahal jika dicermati lebih dalam, Tari Remo memiliki pesan tersirat mengenai kegagahan, keberanian, serta kejujuran.

Adanya upaya-upaya dalam pelestarian Tari Remo sangat diperlukan. Hal tersebut bertujuan agar Tari Remo tidak tergeser dengan budaya modern yang dianggap lebih kekinian. Untuk menarik para anak muda dalam mengenal Tari Remo, juga perlu inovasi-inovasi dalam rangka pelestarian.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Helen Dwi Magdalena, dimana ia meneliti tentang perancangan buku ilustrasi Tari Remo sebagai upaya pengenalan budaya pada anak-anak, menjelaskan bahwa untuk merancang buku ilustrasi Tari Remo sebagai upaya pengenalan budaya pada anak-anak, dapat menggunakan keyword berupa “Ekspresi Keberanian”. Hal tersebut ditujukan untuk menarik minat anak-anak dalam mengenal Tari Remo sejak dini.

Jadi mari belajar bersama tentang kegagahan dan keberanian dari Tari Remo. Tentu saja hal tersebut bisa membangun jati diri kamu. Dan jangan lupa untuk ikut serta dalam melestarikan tarian ini ya Ker! (Awp)

Penulis: Alvien Wardhana P

Editor: Rofidah Noor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.