Menengok Candi Singosari yang Tetap Asri

Potret Keindahan Candi Singosari (Gambar diambil dari blog Cumidarad)
DIORAMALANG.COM, 3 AGUSTUS 2020 – Ada berbagai macam tempat wisata sejarah di Malang yang menarik perhatian bagi para wisatawan, baik itu museum ataupun candi. Candi merupakan warisan sejarah dari masa lalu yang memiliki kisah tak terlupakan di dalamnya. Di Kota Malang, cukup banyak situs candi yang bisa ditemui.
Setelah kemarin tim Dioramalang telah merangkum tentang Candi Badut dan Candi Jawar Ombo, maka kali ini kami akan mengajak kamu untuk mengenal sejarah Candi Singosari karena setiap candi itu memiliki kisah, cerita, dan keunikannya masing-masing. Untuk itu simak informasi Candi Singosari di bawah ini Ker!
Candi Singosari memiliki jarak sekitar 10 kilo meter dari Kota Malang tepatnya di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini berada dekat lembah antara Gunung Tengger dan Gunung Arjuna pada ketinggian 512 meter di atas permukaan laut.
Jam operasional tempat ini, buka dari pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB. Untuk biaya masuk ke candi pengelola tidak menyebutkan nominalnya, namun pengunjung biasanya memberikan uang secara sukarela kepada penjaga candi. Hal tersebut untuk biaya perawatan dan kebersihan di wilayah sekitar candi.
Penjelasan dari Akuratnews.com, komplek percandian ini menempati area 200 meter × 400 meter dan terdiri dari beberapa candi. Di sini Candi Singosari berdiri menjulang dan dikenal sebagai Candi Cungkup atau Candi Menara. Hal ini menunjukkan bahwa Candi Singosari adalah candi yang tertinggi pada masanya, setidaknya dibandingkan dengan candi lain di sekelilingnya. Namun saat ini di kawasan Singhasari hanya Candi Singosari lah yang masih tersisa, sedangkan candi lainnya telah runtuh tak berbekas.
Jejak Kerajaan Singosari di masa lalu ternyata masih kokoh keberadaannya dan bisa dikunjungi sampai saat ini. Tempat ini menjadi saksi bisu atas kejayaan kerajaan yang didirikan Ken Arok.
Adanya gabungan unsur agama Budha dan Hindu menjadi dasar atas pembangunan candi yang telah menjadi cagar budaya tersebut. Kedua keyakinan itulah yang berkembang luas pada saat jaman kerajaan Singosari memiliki kekuasaan.
Menurut para ahli purbakala, candi ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 1300 M, sebagai persembahan untuk menghormati Raja Kertanegara. Berdasarkan Kitab Negarakertagama Pupuh 37:7 dan 38:3 serta Prasasti Gajah Mada bertanggal 1351 M yang terletak di halaman kompleks candi, bangunan ini merupakan tempat “pendharmaan” bagi raja Singhasari terakhir, yaitu Kertanegara.
Dia gugur pada tahun 1292 akibat istananya diserang oleh pasukan yang dipimpin Jayakatwang. Namun pendapat itu masih diragukan oleh beberapa ahli, karena lebih dimungkinkan Candi Singosari adalah tempat pemujaan Dewa Siwa karena sistem mandala yang berkonsep candi Hindu sekaligus sebagai media pengubah dari air biasa menjadi air suci (amerta).
Banyak yang menduga Candi ini sebenarnya belum sempat selesai dibangun. Berdasarkan informas dari Nusadaily.com, Candi Singosari yang ada sekarang ini sebenarnya merupakan candi yang belum selesai. Menurut sejarah, pada umunya candi dibangun dengan hiasan berupa relief dan ukiran yang indah mulai dari atas hingga bawah.
Namun di Candi Singosari ini hiasannya hanya berada di atas. Karena saat candi akan diselesaikan, Singosari diserang Raja Jayakatwang dari Kerajaan Gelang-Gelang pada tahun 1292.
Banyak yang berpendapat bahwa tujuan candi sendiri dibangun untuk makam para Raja, tak terkecuali pada Candi Singosari. Pada bangunan itu dijadikan tempat penyimpanan abu jenazah para raja. Karena pada jaman dahulu ketika ada seorang raja yang meninggal dunia dan menurut keyakinan dalam agama Hindu, jenazah tersebut dibakar dan abunya dibuang ke laut, sungai atau disebarkan ke empat penjuru mata angin. Kemudian dibuatlah tempat ‘pendharmaan’, yaitu sebuah tempat peringatan yang dibangun sebagai lokasi pemujaan bagi setiap arwahnya.
Dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah yang ditulis oleh Galih Satria Permadi, disebutkan bahwa Istilah candi berasal dari nama dewi Durga sebagai dewi maut yaitu candika. Memang dalam berbagai sumber candi dihubungkan dengan kematian seseorang dalam sejarah.
Candi dipakai sebagai tempat pendharmaan seorang raja dan sekaligus kuil pemujaan. Maksudnya untuk memuja raja atau orang-orang yang telah meninggal. Dari pengertian di atas, maka fungsi candi adalah sebagai kuil tempat pemujaan.
Sedangkan bangunan candi ini ditemukan pertama kali oleh warga Belanda yaitu Nicolaus Engelhard. Ia menemukannya pada abad ke-18 sekitar tahun 1800-1850, kemudian dia memberikan nama Candi Menara. Hal tersebut dikarenakan bentuk bangunannya yang mirip menara.
Kemudian pada tahun 1856 juga sempat diberi nama Candi Cella oleh seorang ahli asal Eropa yang bernama W. Van Schmid setelah sempat berkunjung kesana. Warga sekitar juga pernah menyebutnya Candi Cungkup dan Candi Renggo. Namun setelah itu, candi disetujui untuk dinamakan Candi Singosari karena letaknya yang berada di kawasan Singosari.
Ulasan dari Travelingyuk.com, bangunan candi ini sangat sederhana dengan tinggi sekitar 1.5 meter, tanpa hiasan atau relief di kaki candi dan pintu masuknya. Di kiri dan kanan pintu terdapat relung tempat arca, tanpa bingkai dan hiasan kepala Kala.
Relung yang sama juga terdapat di ketiga sisi candi, yang mana ukuran relung lebih besar dan juga dilengkapi ruangan utama yang dihiasi kepala Kala. Di tengah ruangan terdapat yoni yang sudah rusak pada bagian atasnya.
Selain itu, bangunan candi ini bersusun dua, di bagian bawah atapnya berbentuk persegi dengan relung di masing- masing sisi. Di atas setiap ambang pintu terdapat hiasan kepala Kala. Puncak atapnya berbentuk meru bersusun, semakin ke atas semakin mengecil.
Candi ini memiliki berbagai ornamen ukiran, arca, bahkan relief. Pada area halaman terdapat beberapa arca yang masih terjaga namun ada juga yang telah rusak atau belum selesai dibangun, diantaranya arca Dwarapala, Syiwa, Durga, dan Lembu Nandini.

Arca Dwarapala pada saat ditemukan di Candi Singosari pada tahun 1920 (Gambar diambil dari blog Jelajahmalang)
Menurut informasi dalam Sejarahlengkap.com, di dalam ruang utama terdapat artefak Lingga dan Yoni. Terdapat pula bilik-bilik lain: di utara (dulu berisi arca Durga yang sudah hilang), di bagian timur dulu berisi arca Ganesha, serta disisi selatan berisi arca Siwa-Guru (Resi Agastya). Di komplek candi ini juga berdiri arca Prajnaparamita, dewi kebijaksanaan, yang sekarang ditempatkan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
Dalam sebuah Jurnal yang ditulis oleh Lilik Krisnawati dan Rimadewi Suprihardjo, dijelaskan bahwa dengan di dasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur 2010-2029 dalam rencana pola ruang wilayah, Candi Singasari di Kabupaten Malang termasuk kawasan cagar budaya yang diperuntukan sebagai cagar budaya bersejarah yang harus dilestarikan.
Pelestarian kawasan cagar budaya Candi Singosari merupakan usaha agar bangunan tersebut dapat dijadikan tujuan wisata cagar budaya (heritage tourism).
Melihat adanya potensi wisata budaya yang dimiliki daerah tersebut, serta penelitian mengenai pengembangan kawasan cagar budaya di situs sejarah peninggalan kerajaan Singosari ini, diharapkan nantinya akan muncul arahan pengembangan kawasan cagar budaya Singosari sebagai Heritage Tourism sehingga secara tidak langsung dapat memberi dampak positif bagi perkembangan pariwisata di daerah Kabupaten Malang, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Jadi yaopo Ker, seru kan? Jika kamu ke Malang, jangan lupa untuk berkunjung ke Candi Singosari, karena di tempat ini kamu bisa berlibur sekaligus belajar tentang sejarah lo. Dan jangan lupa juga untuk berswafoto di sekitar area Candi.
Terakhir, yang terpenting adalah jika kamu berkunjung ke situs ini, diharuskan untuk menjaga warisan kerajaan ini dengan cara tidak membuang sampah sembarangan apa lagi melakukan kegiatan vandalisme yang dapat merusak keaslian candi. (Fiq)
Penulis: Moh. Fiqih Aldy Maulidan
Editor: Rofidah Noor