Mengingat Kembali Budaya Asli Melalui Korek Api

Aplikasi Desain Topeng Malangan sebagai Budaya Asli Malang ke Korek Api (Gambar diambil dari laman Jatimtimes.com)

DIORAMALANG.COM, 30 JULI 2020 – Halo Ker! Bicara tentang budaya Malang, tentu yang terlintas adalah tentang keberagaman. Meskipun Malang memiliki julukan sebagai daerah 1000 budaya, namun sangat tidak pantas ketika kita melupakan budaya asli Malang.

Ya, Topeng Malangan dan Arema Culture merupakan budaya yang paling erat kaitannya dengan Malang. Tapi apakah kalian tahu jika budaya tersebut bisa dilestarikan melalui korek api? Penasaran bukan? Yuk simak ulasan berikut ini!

Sebelum menginjak tentang korek api, Dioramalang akan mengajak kamu untuk sedikit mengingat tentang budaya asli Malang Ker. Memang, Malang memiliki banyak sekali budaya dan tidak sedikit juga budaya yang asli dari Malang. Namun terdapat beberapa budaya yang sangat erat kehidupannya dengan Malang diantaranya adalah Topeng Malangan dan Arema Culture.

Topeng Malangan merupakan budaya asli Malangan dan telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat. Lahir dan berkembang di Malang, membuat Topeng Malangan memiliki sejarah yang panjang. Bahkan Topeng Malangan merupakan seni budaya kuno yang masih bertahan hingga kini karena merupakan sebuah warisan budaya.

Penjelasan tentang Wayang Topeng dijelaskan dalam Malangtimes.com, dimana kebudayaan Wayang Topeng (Topeng Malangan) ini akhirnya menjadi seni budaya khas Malang, yang merupakan satu seni pertunjukan yang dimainkan oleh manusia tapi tidak memperlihatkan wajah asli sang pemain yaitu Wayang Topeng Malang. Sesuai namanya, para pemain dalam pertunjukan ini menggunakan topeng sebagai penutup muka.

Meskipun sudah jarang ditemui, namun kamu masih bisa meilhat bentuk-bentuk pelestarian seni budaya Topeng Malangan Ker. Salah satunya ada pada wisata kampung tematik, Kampung Topeng.

Kemudian Arema Culture yang merupakan budaya yang lahir seiring berjalannya kehidupan masyarakat Malang. Arema yang identik dengan nama tim sepak bola kebanggaan Malang, kini sudah menjadi bagian dari budaya Malang. Hal tersebut dikarenakan Arema sebagai tim sepak bola dengan pendukung yang fanatik yaitu Aremania, memiliki pengaruh yang besar dalam masyarakat Malang.

Bahkan, pengaruh Arema Culture juga berdampak pada konstruksi sosial dimana hal yang berkaitan dengan strata sosial tidak terlalu diperhitungkan. Berat adanya Arema Culture, para masyarakat lebih mengutamakan persaudaraan dan persatuan yang menjadi identitas budaya yang baik.

Ditambah lagi, Arema juga telah menjadi jiwa bagi masyarakat Malang dan di simbolkan dalam jargon ‘Salam Satu Jiwa’. Berdasarkan laporan dari Kompasiana.com, Arema bukan sekedar Klub Bola yang berhome stay di Malang, namun juga sebagai jati diri, identitas diri bahkan yang lebih horor menjadi agama kedua.

Melalui budaya terutama pada dua budaya tersebut, masyarakat bisa memiliki ciri khas dalam menunjukkan identitasnya sebagai Arek Malang. Namun seiring berjalannya waktu, identitas tersebut terancam oleh budaya-budaya modern yang lebih kekinian sehingga para Arek Malang tidak tertarik lagi dengan budaya aslinya.

Maka dari itu, perlunya pelestarian yang mengedepankan inovasi dan kreasi sangat penting karena selain untuk mempertahankan budaya asli Malang, juga sebagai penggerak para kaum muda dalam turut serta melestarikan budaya ini.

Salah satu upaya pelestarian tersebut adalah munculnya inovasi tentang pemantik (korek apik) dengan desain Topeng Malangan dan logo Arema. Inovasi tersebut datang dari komunitas penggemar pemantik yaitu Zippo Club Indonesia (Zigath).

Pemilihan pemantik dengan menggunakan desain Topeng Malangan dan Logo Arema adalah sebuah gebrakan baru. Selain mudah dibawa, pemantik juga sangat banyak ditemui sehingga dengan adanya desain tersebut, budaya asli Malang bisa dikenal luas dan tetap bertahan seiring berjalannya waktu.

Akan tetapi, pemantik tersebut tidak dijual luas. Alasan zippo ini tidak dijual luas dijelaskan dalam Terakota.id, dimana peluncuran Zippo bergambar topeng Malang  dan Arema FC diproduksi terbatas untuk menghormati dan menghargai seni budaya khas Malang dan klub sepak bola asal Malang.

Logo Klub Sepak Bola Kebanggaan Malang di Pemantik sebagai Bentuk Apresiasi (Gambar diambil dari laman Timesmalang.com)

Pemantik Zippo ini, hanya diberikan kepada pemerhati budaya Topeng Malangan yaitu pada Padepokan Asmorobangun dan klub kebanggaan asal Malang yaitu Arema. Hal tersebut merupakan sebuah tribute dari komunitas Zippo Club Indonesia sebagai bentuk dukungan agar budaya asli Malang tersebut tetap lestari dan klub Arema Malang tetap berjaya.

Meskipun tidak dijual meluas, adanya pemantik dengan desain budaya asli Malang bisa memberikan pengaruh terhadap industri kreatif. Selain berpeluang meningkatkan perekonomian, tentu saja inovasi mendesain pemantik dengan budaya asli Malang juga bisa sebagai bentuk pelestarian yang kekinian.

Ditambah lagi, penjabaran Aditya Nirwana dalam penelitiannya, menjelaskan bahwa Topeng Malangan memiliki fungsi sosial sebagai sarana seniman memperoleh penerimaan sosial, sebagai benda yang diciptakan untuk audiens tertentu, dan sebagai sarana mempengaruhi perilaku orang secara kolektif. Maka dari itu, pembuatan desain budaya asli Malang secara tidak langsung untuk mempengaruhi para pemuda Malang dalam menciptakan industri kreatif.

Jika kita lihat lebih jauh, masih sedikit pemuda di Malang yang bergelut dalam industri kreatif. Bahkan pemaparan oleh Endra Yuafanedi Arifianto dan Rakhmat Himawan dalam jurnal penelitiannya, menjelaskan bahwa sebagian besar pelaku usaha yang memang menggeluti industri kreatif sebagai mata pencaharian sehari-hari diatas usia 50 tahun. Hal ini membuktikan perlu adanya transfer keilmuan ke generasi muda tentang industri kreatif Topeng Malangan.

Menarik bukan Ker? Jadi mari berkarya dan menciptakan inovasi-inovasi terbaru dengan memanfaatkan pelestarian budaya Malang biar kamu bisa untuk budidaya berbudaya! (Awp)

Penulis: Alvien Wardhana Poernomo

Editor: Rofidah Noor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.