Mengenal Tari Serimpi Lima, Tarian Unik yang Menarik Perhatian Publik

Para Penari yang Menggunakan Kostum dari Tari Serimpi Lima Malang (Gambar diambil dari instagram.com/elfira_rs)

DIORAMALANG.COM, 30 JULI 2020 – Seni ada banyak jenis dan bentuknya, dan bahkan banyak seni yang sudah bertahan lebih dari se-abad lamanya. Untuk itu sebagai generasi penerus bangsa kita wajib tahu dan menjaga kekayaan leluhur ini Ker. Salah satunya adalah Tari Serimpi Lima.

Sebelum membahas lebih lanjut yuk kita bahas sejarah panjang dari Tari Serimpi Lima, yang konon sudah ada sejak zaman kerajaan. Hal tersebut juga dijelaskan dari laporan Tribunnewswiki.com, dimana Tari Serimpi merupakan tarian tradisional Jawa. Tari Serimpi dimulai ketika pemerintahan Sultan Agung pada tahun 1613-1646. Tarian ini dianggap suci, oleh karena itu, hanya dipentaskan di dalam keraton dan untuk keperluan ritual tertentu.

Akan tetapi setelah Kerajaan Mataram pecah menjadi dua bagian yakni Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta, tarian ini pun mulai mengalami perubahan dalam segi gerakan walaupun inti dari tarian ini masih tetap sama. Selain itu, Tari Serimpi tergolong mempunyai berbagai macam jenis. Salah satunya adalah “Tari Serimpi Lima”.

Dalam sebuah Karya Tulis yang ditulis oleh Ninik Harini, dijelaskan bahwa Serimpi pada umumnya ditarikan oleh empat orang penari. Namun demikian, ada Tarian Serimpi yang ditarikan oleh lima orang penari yaitu Serimpi Renggowati.

Di luar tembok keraton ditemui juga Serimpi yang ditarikan oleh lima orang penari putri, disebut Serimpi Lima yang merupakan tarian berkembang di lingkungan pedesaan, yaitu di tengah-tengah masyarakat Desa Ngadireso, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Serimpi Lima di Desa Ngadireso dapat disajikan untuk kepentingan upacara ruwatan.

Serta tarian ini biasa dibawakan dalam pertunjukan atau festival budaya di Kota Malang sebagai wujud dari toleransi budaya. Berbagai macam jenis pertunjukan seni yang Malang miliki menjadikannya sebagai daerah dengan 1000 budaya.

Adapun makna yang tersirat dalam tarian ini adalah sebagai lambang dari kelembutan dan keanggunan wanita, sehingga mampu menampilkan karakter perempuan Jawa sesungguhnya.  Hal ini dapat dilihat dari tutur kata yang halus dan lembut dalam perilaku.

Dikutip dari sebuah Jurnal yang ditulis oleh Gita Purwaning Tyas dan Kuswarsantyo menjelaskan bahwa Tari Srimpi juga mempunyai  beberapa pokok sendi seperti yang diungkapkan oleh (Ki Hadjar  Dewantara,  1977:  305-306)  bahwa  ada  7  pokok  sendi dari tari Serimpi yaitu: Tari Serimpi merupakan suatu sifat pendidikan gerak badan dan rasa keindahan. Artinya bahwa tari Serimpi merupakan salah satu sarana untuk melatih kepekaan tubuh dan kepekaan rasa estetika atau keindahan.

Tari Serimpi bersifat sport yang menghaluskan dan menyehatkan  tubuh. Artinya  dengan  menarikan  Serimpi  secara  tidak  langsung  kita  pun  seperti  sedang  berolahraga,  sehingga dapat membuat tubuh sehat. Tari Serimpi itu mendidik rasa wirama dan wiraga. Artinya berlatih Tari Serimpi akan mengolah kepekaan badan dan kepekaan irama.

Tari Serimpi memberikan  ketertarikan  pada  rasa  kesenian.  Artinya tari srimpi mampu menghipnotis alam bawah sadar  kita  untuk  turut  serta  menikmati  keindahan  dari  tari  srimpi tersebut. Kata serimpi juga memiliki makna impi atau mimpi, di mana para penonton yang menonton tari serimpi akan seolah-olah terbawa ke dalam dunia mimpi karena terbawa alunan musik dan gerak lembut para penari.

Tari Serimpi memberikan  pendidikan  moral.  Tari  Serimpi adalah  tari  yang  sarat  dengan  pesan  moral  yang  bermanfaat  bagi  seseorang  yang  mau  mempelajari,  memahami,  dan  mengamalkan  nilai-nilai  yang  terkandung  dalam  Tari  Serimpi.

Tari Serimpi juga merupakan  suatu  alat  untuk  menolak  kebudayaan  Barat  yang  tidak  sesuai  dengan  adat  ketimuran. Kesenian itulah yang menjadi pondasi karakter khas bangsa Indonesia dan juga pusaka  indah  dari  leluhur  yang  disebut  dengan  cahaya-keadaban,  yang  wajib  kita  hidupkan, muliakan dan sebar luaskan.

Berdasarkan 7 sendi pokok yang telah dijabarkan oleh Ki Hadjar  Dewantara  dapat  disimpulkan  bahwa  Tari  Serimpi dapat memberikan pendidikan dan pembelajaran bagi kehidupan manusia.

Menilik informasi dari Kompas.com, bahkan sejumlah wisatawan asing mengagumi Tari Serimpi Sekar Palagan, Tari Menak Jayengrono Kelasworo, dan Tari Triyonggo Praptolomariam yang dipentaskan di Bangsal Sri Manganti Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. “Tarian tadi sangat mengagumkan, ingin rasanya mempelajari tarian itu,” kata wisatawan asal Perancis, Avril, saat mengunjungi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Menurut dia walaupun tanpa ada dialog yang mengiringi tarian, dia dapat merasakan bahwa tarian tersebut benar-benar bercerita. “Saya pernah menonton pertunjukan tari tradisional Thailand dan Malaysia, tetapi tarian keraton ini jauh lebih baik dan terasa lebih sakral,” katanya.

Dalam penampilannya, para penari menari dengan sangat lemah gemulai dan gerakan yang sangat pelan  mengikuti iringan gamelan. Selain itu setiap gerakan dalam tarian ini tentunya mengandung arti khusus.

Gerakan dalam Tari Serimpi ini di dominasi oleh gerakan tangan, kaki, dan kepala. Dalam pertunjukannya penari menari dengan gerakan yang lembut dengan memainkan selendang yang di ikat di pinggangnya.

Pada Kostum yang dipakai dalam Tari Serimpi Ini menggunakan busana yang tanpa lengan pada bagian atas berwarna hitam dan kain batik bermotif (Jarik) untuk bagian bawah. Sedangkan dibagian kepala menggunakan riasan dengan gelungan dengan bunga serta hiasan kepala berupa bulu burung kasuari.

Tidak hanya itu saja Ker, untuk lebih membuat kesan lebih cantik penampilan, ditambah juga beberapa aksesoris seperti gelang, kalung dan anting. Dan juga atribut lain yang guna mempertegas penampilan para penari , yaitu selendang yang diikatkan di pinggang serta keris yang diselipkan di bagian depan menyilang kiri.

Jadi jangan lupa ya buat terus melestarikan tarian ini. Meskipun Tari Serimpi ini terbagi beberapa jenis, kalian jangan capek buat terus belajar dan menambah wawasan tentang kesenian yang kita punya ya Ker! (Fiq)

Penulis: Moh. Fiqih Aldy Maulidan

Editor: Rofidah Noor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.