Museum Unik, Koleksinya Hanya Limbah Botol Plastik

Beberapa Koleksi Miniatur Kendaraan Dari Botol Bekas (Gambar diambil dari web Ngalam.co)

DIORAMALANG.COM, 25 JULI 2020 – Sampah kerap kali menjadi masalah, bukan hanya di Indonesia namun juga diseluruh dunia. Sudah banyak cara dilakukan demi menyelesaikan permasalahan. Seperti daur ulang yang biasanya menjadi andalan dalam mengentaskan permasalahan sampah yang menjengkelkan. Tapi pernahkah kamu mendengar, kalau sampah, bisa diolah menjadi produk museum yang unik dan mewah?

Di Kabupaten Malang, ada lo sebuah museum unik yang memamerkan beraneka bentuk kreatif dari sampah botol plastik. Museum unik ini bernama Recycle Museum Hotbottles yang lokasinya berada di Pondok Wisata B Walk, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Bahkan museum ini juga dikatakan sebagai museum daur ulang botol plastik pertama di Dunia.

Recycle Museum Hotbottles memiliki luas ruangan sekitar 20×20 meter. Di dalam museum terdapat banyak sekali karya kreatif yang semuanya terbuat dari limbah botol plastik. Merujuk pada Ngalam.co yang menerangkan bahwa koleksi karya botol bekas yang ada disini, rata-rata dirangkai menjadi sebuah bentuk miniatur transportasi. Seperti miniatur mobil, sepeda motor, berbagai bentuk lokomotif dan alat-alat transportasi lainya.

Tapi tidak hanya itu, di museum ini juga ada lo botol bekas yang dibentuk menjadi sebuah robot. Meski tidak sebanyak karya miniatur transportasi dan hanya ada beberapa saja, tapi karya robot botol disini menjadi yang paling unik diantara karya lainya. Karena robot botol yang ada di museum ini, ukurannya jauh lebih besar dibanding karya lainnya.

Mohammad Taufiq Shaleh Saguanto, ialah pemilik sekaligus sosok dibalik berdirinya Recycle Museum Hotbottles. Alasa berdirinya museum ini berdasarkan pada laporan dari Republika.co.id, dimana keputusannya membuat museum ini ternyata berawal dari rasa perihatin akan lingkungan tempatnya tinggal, karena di lingkungannya banyak sekali orang yang dengan sengaja membuang sampah sembarangan.

Khawatir sang anak yang baru berusia tiga tahun mencontoh perbuatan yang kurang baik, akhirnya Taufiq mencoba menanamkan rasa kepedulian terhadap sampah kepada anaknya, dengan cara mengumpulkan botol plastik bekas untuk kemudian diberikan kepada petugas pengelola sampah.

Dikarenakan pihak pengelola sampah yang tidak pasti kapan datangnya, sampah yang dia kumpulkan bersama dengan anaknya akhirnya menjadi menumpuk dan jadi sangat banyak. Tumpukan sampah botol inilah yang nantinya menjadi cikal bakal berdirinya Recycle Museum Hotbottles, yang sekaligus menjadi museum botol bekas pertama di dunia.

Ketertarikan Mohammad Taufiq dalam menciptakan sebuah mainan dari barang-barang bekas, sebenarnya sudah berlangsung cukup lama yaitu sejak tahun 2000-an. Namun barang yang digunakan pada saat itu bukan sebuah botol bekas, namun sebuah mainan yang sudah rusak.

Pada saat itu banyak mainan anaknya yang sudah tidak terpakai, akhirnya Taufik memutuskan untuk membongkar mainan itu dan merangkainya kembali menjadi sesuatu yang baru. Sehingga anaknya yang saat itu baru berusia tiga tahun bisa memainkannya kembali. “Saya membuat mainan anak saya dari mainan yang sudah rusak. Daripada tidak dipakai, ya saya rangkai lagi” ujar Taufiq yang dikutip dari Radarmalang.jawapos.com.

Recycle Museum Hotbottles memiliki sebuah konsep yang sangat berkebalikan dengan konsep sebuah museum pada umumnya. Jika konsep sebuah museum biasanya identik dengan sebuah barang-barang klasik, barang yang bernilai cukup tinggi, sangat kuno, mahal dan langka.

Disini barang koleksinya justru sangat berkebalikan dengan museum pada umunya. Karena barang koleksi yang ada di museum ini adalah barang yang sangat murah, tidak langka, mudah didapat dan lain sebagainya. Bisa dibilang koleksi benda museum yang dipamerkan disini, semuanya adalah barang yang seringkali disepelekan oleh banyak orang. Pokonya jauh deh, dari konsep sebuah museum pada umumnya.

Namun meski memiliki konsep yang berbeda, bukan berarti benda koleksi yang ada disini tidak berarti. Karena karya botol bekas di museum ini ternyata sudah terjual hingga menembus pasar Internasional, seperti Kanada, Kongo, Ghana, Australia, Selandia Baru, dan Jepang.

Seperti museum pada umumnya, Recycle Museum Hotbottles juga dapat dijadikan sebagai sarana edukasi lo, karena disini kamu akan diajak untuk belajar mengenai sejarah Indonesia. Tapi sejarah yang dimaksudkan disini bukan mengenai era perjuangan Ker, tapi mengenai betapa menyenangkannya orang-orang zaman dulu yang hidup tanpa sebuah botol.

Selain itu, Taufiq juga menyelenggarakan pelatihan untuk anak Sekolah Dasar (SD) di museumnya. Hal ini dilakukan Taufik untuk membangkitkan kesadaran sejak dini agar anak-anak lebih mencintai lingkungan.

Pemaparan Sujiyanto dalam Jurnal JISIP, menjelaskan tentang jumlah sampah yang dihasilkan warga Malang ternyata sudah cukup besar, yaitu 567,98 ton/hari. Bahkan keadaan ini diperburuk dengan minimnya keberadaan Bank Sampah Malang (BSM), sehingga volume sampah yang diangkut ke TPA Supiturang menjadi kelebihan kapasitas.

Selain itu, dengan mengajak anak-anak berkreasi menciptakan sebuah karya dari botol bekas, ternyata dapat membantu perkembangan kreativitas pada anak. Dimana rasa kreatifitas ini, nantinya dapat berfungsi untuk mengembangkan kecerdasan dan kemampuan anak dalam mengekspresikan serta menghasilkan sesuatu yang baru.

Sejalan dengan penjelasan dalam Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan milik Sri Mulyati dan Amalia Aqmarina Sukmawijaya. Mengajarkan anak-anak berkreasi dengan barang-barang bekas, ternyata dapat memberikan manfaat baik untuk anak tersebut maupun untuk orang tuanya. Karena barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai dapat dimanfaatkan kembali sehingga secara otomatis dapat mengurangi sampah rumah tangga yang ada.

Kalau kamu ingin berkunjung ke Recycle Museum Hotbottles, lokasinya berada di pondok wisata B Walk, Dau Kabupaten Malang. Harga tiketnya juga murah loh, yakni hanya sebesar Rp 35 ribu/orang. Harga tiket ini sudah termasuk dengan makan siang dan juga berbagai fasilitas yang ada di Pondok Wisata B Walk. Jangan lupa berkunjung ya ker, dijamin deh wawasanmu mengenai daur ulang limbah akan bertambah. (Syz)

Penulis: Syaifudin Zuhri

Editor: Shofiyatul Izza W

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *