Menilik Kisah Klasik Tugu Ngalam yang Cantik

Kecantikan Alun-Alun Tugu Malang (Gambar diambil dari web Amazingmalang.id)

DIORAMALANG.COM, 22 JULI 2020 – Setiap kota sudah pasti mempunyai ikon atau tugu yang terkenal, tidak hanya bagi warga sekitarnya tetapi juga dikenal oleh warga luar yang telah berkunjung ke kota tersebut. Salah satu tugu yang terkenal di wilayah Jawa Timur adalah Tugu Gading Kartonyono di Kota Ngawi dan Surabaya yang terkenal dengan Tugu Pahlawannya. Lalu bagaimana dengan Malang? Kota yang memiliki suasana sejuk yang berada di daerah dataran tinggi ini ternyata juga punya tugu yang ikonik lo Ker!

Ya, tempat ini adalah Alun-Alun Tugu, lokasinya berada di Jl. Tugu, Kidul dalem, Kecamatan Klojen, Kota Malang Jawa Timur. Tempat tersebut sering menjadi pusat destinasi warga setempat untuk sekedar berlibur ataupun juga menjadi tujuan para wisatawan lokal maupun internasional. Tidak lengkap rasanya jika berkunjung ke Kota ini namun tidak melengkapi kunjungannya jika belum ke Tugu tersebut. Mau tahu lebih detail tentang Alun-Alun Tugu Malang? Yuk disimak Ker!

Alun-Alun Tugu ini mempunyai keindahan dan penampilannya yang mempesona, namun dibalik itu semua terdapat kisah kelam pada masa penjajahan di dalamnya. Tempat ini dibangun pada tahun 1920 oleh warga Belanda yaitu Thomas Karsten.

Sebelum dikenal dengan nama Alun-Alun Tugu Malang seperti sekarang, dahulu tempat ini bernama Alun-Alun Bunder. Mengapa begitu? Disebut demikian karena memang bentuknya yang bunder atau yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘lingkaran’. Sementara itu, jika dilihat lebih jauh sebelum Indonesia merdeka, tempat ini hanyalah sebuah taman yang diberi nama JP Coen Plein.

Siapa sebenarnya orang dibalik nama tersebut? Jadi, nama taman ini didasarkan dari seorang gubernur Jenderal Belanda bernama JP Coen Plein atau Jaan Pieterzoen Coen. Dia dikenal sebagai pendiri Batavia yang sekarang menjadi ibu Kota Jakarta.

Awalnya penampilan alun-alun ini sangat sederhana, pada saat itu belum ada tugu beserta air mancur yang ada di tengah-tengahnya. Sejak pertama kali berdiri di tahun 1920 dan tahun selanjutnya, kawasan ini menjadi saksi bisu peradaban Kota Malang.

Berdirinya tugu ini dijelaskan dalam Timesindonesia.co.id dimana Dosen Sejarah Universitas Negeri Malang (UM), Ronal Ridho’I menjelaskan, menara tugu sebenarnya belum berdiri di masa Kolonial Belanda. Tugu kebangsaan warga Malang ini baru berdiri sekitar 17 Agustus 1946 oleh warga setempat. “Itu menandai setahun setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia di 17 Agustus 1945,” ujar Ronal.

Pembangunan tugu ini sekaligus menjadikannya tugu kemerdekaan pertama yang didirikan. Pendirian ini sekaligus menjadi simbol bahwa wilayah sekitarnya yang dulu merupakan pusat administrasi Belanda telah dikuasai sepenuhnya oleh Republik Indonesia.

Proses pembangunan tersebut sempat mengalami hambatan, tugu ini sempat dihancurkan oleh Belanda dalam Agresi Militer I.  Menurut kisahnya, penyebab tugu tersebut dihancurkan ialah karena Belanda merasa kesal dengan semangat warga Malang saat mempertahankan wilayahnya ketika agresi berlangsung.

Seiring berjalannya waktu selama tujuh tahun, tepatnya pada tahun 1952 monumen Tugu yang sempat diruntuhkan tersebut dibangun kembali. Dan diresmikan oleh Presiden Indonesia saat itu, Ir. Soekarno pada tanggal 20 Mei 1953. Sampai saat ini kebersihan dan kelestarian Alun-Alun Tugu Malang masih dijaga dengan baik dan menjadi salah satu ikon kebanggaan warga Malang.

Presiden Soekarno setelah meresmikan monumen tugu di Alun-alun Bundar Malang (Gambar diambil dari Facebook Walikota Malang)

Tampilan Monumen Tugu yang ada di Malang ini tidak semegah seperti Tugu Pahlawan yang ada di Surabaya. Ukuran monumennya tidak terlalu besar dan bentuknya juga cukup sederhana. Namun dibalik itu, ada makna yang terkandung di dalam seni arsitekturnya.

Jika dilihat pada ujung Tugu tersebut berbentuk bambu runcing sebagai makna bahwa bambu tersebut merupakan salah satu senjata rakyat Indonesia pada saat melawan penjajah. Lalu di bagian monumen juga terdapat motif rantai yang memiliki arti persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia.

Laporan dari Ngalam.co, menjelaskan makna lainnya terdapat pada bintang yang mempunyai 17 pondasi dan 8 tingkat, serta tangga yang berbentuk 4 dan 5 sudut. Kombinasi angka ini melambangkan tanggal kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945. Sementara itu, bunga teratai yang berwarna merah dan putih yang berada di kolam sekeliling Tugu melambangkan keberanian dan kesucian, sesuai dengan warna bendera Indonesia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Debora Budiyono dan Riyanto Djoko, menjelaskan bahwa Kawasan Alun-Alun Tugu, Jalan Semeru dan Kawasan Ijen memiliki nilai aspek sosial budaya tinggi dibandingkan lokasi lainnya.

Kawasan Alun-Alun Tugu memperlihatkan identitas Kota Malang pada saat memasuki jalan utama di Kota Malang dikarenakan terdapat beberapa bangunan peniggalan kolonial Belanda yang masih tetap terjaga seperti Gedung Stasiun Kereta Api Kota Baru. Hal itu membuat alun-alun tersebut banyak dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Malang.

Bangunan dan kawasan bersejarah dapat menambah citra dan identitas bagi suatu kota. Keeksistensian bangunan bersejarah mampu membentuk nilai-nilai lokalitas dalam wujud arsitektural yang memberikan citra tersendiri bagi suatu kota (Johana 2004:1).

Citra dan identitas kawasan seringkali menjadi tolok ukur bagi kualitas suatu lingkungan, khususnya menyangkut cara pandang orang terhadap nilai lingkungan tersebut. Dengan kuatnya citra kawasan, identitas pun akan muncul sebagai suatu pembedaan terhadap kawasan-kawasan lainnya. Identitas ini menjadi ciri tersendiri bagi suatu kawasan (Muharam 2002:1).

Menurut Dian Octavia Anggraini dalam jurnal penelitiannya dijelaskan bahwa kawasan Alun-alun Tugu memiliki citra kawasan bersejarah yang positif. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh elemen fisik kawasan yang merupakan peninggalan kolonial yang memiliki arsitektur dan karya seni yang menonjol.

Selain itu hingga sekarang masih bertahan baik secara bentuk maupun fungsinya, beberapa diantaranya adalah Tugu Kemerdekaan, Gedung Balai Kota, Komplek SMA Tugu dan Stasiun Kereta Api. Elemen-elemen tersebut mampu memberikan makna kawasan tersendiri, sehingga masyarakatnya pun memiliki keterikatan secara emosional dan fungsional terhadapnya.

Kini, Alun-Alun Tugu semakin hari menjadi semakin cantik dengan adanya taman dengan hiasan bunga yang membuat suasana lebih segar. Jika kamu berkunjung ke Malang, Alun-Alun Tugu Malang wajib kamu masukkan dalam list destinasi wisatamu untuk kamu atau bahkan keluarga. Jadi untuk kamu yang berkunjung kesini, jangan lupa untuk tetap menjaga kebersihannya ya Ker! (Fiq)

Penulis: Moh. Fiqih Aldy Maulidan

Editor: Rofidah Noor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.