Kebalikan Ala Malangan

Salah Satu Bahasa Walikan Yang Sering Digunakan Untuk Mendeskripsikan Pesona Malang (Gambar diambil dari web Kreatifseo.com)

DIORAMALANG.COM, 21 JULI 2020 – Ngalam Kipa! Sebuah sebutan untuk menggambarkan keindahan Malang yang memiliki berbagai pesona untuk memanjakan para masyarakat dan wisatawan. Sekilas terasa aneh ketika membaca kata tersebut namun jangan salah Ker, sebutan tersebut merupakan bentuk penggunaan bahasa walikan (bahasa yang dibalik).

Nah kali ini Dioramalang akan membahas tentang bahasa walikan yang sudah melekat pada proses komunikasi masyarakat Malang. Kamu juga perlu tau nih Ker sejauh mana bahasa walikan bisa mempererat masyarakat Malang dan tidak hanya menjadi suatu gaya bekomunikasi.

Munculnya bahasa walikan sebagai gaya komunikasi masyarakat Malang tidak terlepas dari sebuah historis. Mulanya,bahasa walikan merupakan sebuah kode atau sandi yang digunakan para masyarakat Malang yang sedang berjuang melawan penjajah Belanda pada masa itu. Berdasarkan Jurnal Artikel Pesona yang ditulis oleh Aji Setyanto, menjelaskan bahwa bahasa walikan Malangan dipelopori oleh seorang pejuang bernama Suyudi Raharno yang dimana ia merupakan seorang pejuang Gerilya Rakyat Kota (GRK).

Penggunaan bahasa walikan sebagai sandi tertentu dalam berkomunikasi bertujuan untuk melindungi informasi rahasia agar tidak bocor kepada penyusup Belanda. Berkat bahasa walikan tersebut, informasi yang berupa strategi untuk melawan Belanda terjaga kerahasiannya. Ditambah lagi, bahasa walikan sangat efektif pada saat itu untuk dapat menemukan mata-mata Belanda. Mulai dari saat itu, bahasa walikan sering digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat Malang hingga kini.

Setelah mengetahui sejarah dari bahasa walikan, tidak lengkap rasanya Ker kalau kamu juga belum tau apa itu bahasa walikan. Bahasa walikan merupakan suatu gaya komunikasi masyarakat Malang yang digunakan sebagai identitas budaya. Dalam artian, penggunaan bahasa walikan merupakan cerminan dari kebiasaan masyarakat Malang dalam berkomunikasi.

Cara berkomunikasi juga dijelaskan oleh Rachmawaty dalam Jurnal Artikel Lakon yang ditulisnya, dimana orang asli Malang sering sekali berkomunikasi menggunankan bahasa walikan ini dan tampaknya karena saking terbiasanya, mereka langsung bicara tanpa berpikir terlebih dahulu. Bila kita bukan orang asli Malang, maka tentunya kita akan merasa kesulitan memahami apa yang orang bicarakan. Hal tersebut dikarenakan orang luar Malang, belum pernah mendengar bahasa walikan sebelumnya sehingga tidak ada referensi untuk menerjemahkan pesan yang dibungkus dengan bahasa walikan tersebut.

Nah buat kamu yang masih bingung terhadap beberapa bahasa walikan, Dioramalang memiliki versi nih Ker dengan memberikan beberapa contoh bahasa walikan beserta artinya. Bahasa walikan kali ini merupakan kata yang sering digunakan oleh masyarakat Malang, diantaranya:

1. Ewul = Luwe (Lapar)

2. Halokes = Sekolah

3. Hamur = Rumah

4. Kadit = Tidak

5. Nganem = Menang

6. Nayamul = Lumayan

7. Nakam = Makan

8. Ngalup = Pulang

9. Ngalam = Malang

10. Oyi = Iyo (Iya)

11. Osi = Iso (Bisa)

12. Orip = Piro (Berapa)

13.Rudit = Tidur

14. Sam = Mas (Panggilan untuk laki-laki)

15. Tahes = Sehat

16. Uklam-uklam = Mlaku-mlaku (Jalan-jalan)

17. Ublem = Melbu (Masuk)

18. Umak = Kamu

19. Uka atau ayas = Aku atau saya

20. Utem = Metu (Keluar)

Selain beberapa contoh tersebut, tentu saja masih banyak bahasa walikan lainnya yang digunakan oleh para masyarakat Malang. Hingga kini, bahasa walikan tersebut masih digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat Malang.

Adanya bahasa walikan sejak zaman penjajahan Belanda tentu memiliki keterkaitan dengan eksistensinya saat ini khususnya pada generasi millenial. Rasa khawatir akan terkikisnya bahasa walikan terhadap bahasa dari budaya yang modern, seolah terbantahkan. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya generasi millenial Malang yang setia dengan penggunaan bahasa walikan. Keberadaan bahasa walikan di tengah-tengah proses komunikasi para millenial Malang, masih sering ditemukan.

Selain sebagai identitas budaya, bahasa walikan juga berfungsi sebagai alternatif yang digunakan dalam memudahkan untuk melakukan komunikasi. “Ya kalau sesama orang Malang, saya lebih nyaman menggunakan bahasa walikan biar lebih mudah memahami dan lebih enak aja ngomongnya”, ungkap Yunike Adityas yang merupakan masyarakat Malang asli. Melalui kemudahan tersebut, akan timbul persamaan persepsi sehingga proses komunikasi tersebut dianggap berhasil.

Tidak hanya itu, bahasa walikan juga sudah digunakan secara meluas melalui media informasi lokal seperti koran dengan harapan pesan yang disampaikan akan lebih mudah dipahami oleh para pembaca. Hasil penelitian yang ditulis oleh Nurdiani Galuh Permatasari, menjelaskan bahwa munculnya rubrik Ebes Ngalam dalam Harian Malang Post dengan terpaan bahasa walikan dinilai sangat efektif dengan kecenderungan efektifitas yang tingi berdasarkan analisa yang dilakukannya. Maka tidak heran jika bahasa walikan masih eksis hingga kini.

Gimana Ker? Sangat menarik bukan? Tentu akan terasa tidak lengkap jika kamu hanya tahu tentang wisata di Malang. Kuy belajar juga budaya Malangan melalui bahasa walikannya Ker! Dan jangan lupa untuk menikmati asiknya berinteraksi dengan masyarakat Malang menggunakan bahasa walikan ala Malangan ya. (Awp)

Penulis: Alvien Wardhana Poernomo

Editor: Shofiyatul Izza

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.